Nakita.id - Yuk, Moms ketahui beberapa ciri dari hamil ektopik.
Sebenarnya apa sih penjelasan dari kehamilan ektopik?
Seperti yang kita ketahui, selama ovulasi sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium.
Konsepsi terjadi ketika sel telur bertemu dengan sperma di tuba falopi.
Biasanya, sel telur yang telah dibuahi bergerak ke bawah tuba falopi dan masuk ke rahim untuk ditanamkan di lapisan rahim (endometrium).
Akan tetapi, dengan kehamilan ektopik, sel telur yang telah dibuahi tumbuh di luar rahim.
Maka dari itulah, kehamilan ektopik perlu menjadi salah satu kondisi yang mendapatkan perhatian khusus.
Sebelumnya sudah diwartakan oleh Nakita, ada beberapa gejala yang ditimbulkan dari kehamilan ektopik.
Apa saja, ya?
1. Pendarahan vagina
2. Nyeri panggul
3. Nyeri bahu
Seringkali karena terjadi pendarahan, Moms yang mengalami kehamilan ektopik bisa pingsan.
Apakah benar kehamilan ektopik bisa sampai menyebabkan kelumpuhan pada bumil? Sampai saat ini belum ada penjelasan khusus mengenai hal tersebut.
Namun, yang pasti masalah kehamilan yang satu ini perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter.
Tidak hanya untuk kesehatan Moms saja, tapi juga keselamatan bayi yang ada di dalam kandungan.
Penyebab Kehamilan Ektopik
Dilansir dari Medscape, berikut ini adalah faktor risiko yang menyebabkan kehamilan ektopik:
1. Kerusakan pada tuba falopi
Setiap kerusakan pada tuba falopi dapat menyumbat atau mempersempit tuba falopi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi seperti penyakit radang panggul atau salpingitis.
Pembedahan tuba sebelumnya telah terbukti meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
Peningkatan tergantung pada tingkat kerusakan dan luasnya perubahan anatomi.
Baca Juga: Berapa Persen Kehamilan Ektopik Bisa Terjadi pada Ibu Hamil? Berikut Penjelasannya
2. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Jika Moms pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, maka lebih berisiko untuk mengalami hal serupa pada kehamilan berikutnya.
Secara keseluruhan, seorang pasien dengan kehamilan ektopik sebelumnya memiliki kemungkinan 50-80% untuk mengalami kehamilan ektopik berikutnya.
3. Penggunaan obat kesuburan atau teknologi reproduksi
Induksi ovulasi dengan clomiphen citrate atau terapi injeksi gonadotropin telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kehamilan ektopik 4 kali lipat dalam studi kasus-kontrol.
Temuan ini menunjukkan bahwa banyak telur dan kadar hormon yang tinggi mungkin menjadi faktor yang signifikan.
Selain itu, risiko kehamilan ektopik dan kehamilan heterotopik meningkat secara dramatis ketika pasien menggunakan teknik reproduks seperti fertilisasi in vitro (IVF) atau transfer gamet intrafallopian (GIFT).
4. Bertambahnya usia
Angka kehamilan ektopik tertinggi terjadi pada wanita usia 35-44 tahun.
Ada peningkatan 3 hingga 4 kali lipat dalam risiko mengembangkan kehamilan ektopik dibandingkan dengan wanita berusia 15-24 tahun.
Satu penjelasan yang diusulkan menunjukkan bahwa penuaan dapat menyebabkan hilangnya aktivitas myoelectrical secara progresif di tuba falopi, aktivitas myoelectrical bertanggung jawab untuk motilitas tuba.
Baca Juga: Perawatan yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Kehamilan di Luar Kandungan
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR