Ia merasa sesuatu ada yang hilang secara tiba-tiba.
“Situasi2 yg membuatku nyaman dan ajeg, tiba2 hilang. Hal2 yg kupikir kekuatanku, diambil dariku. Kalimat2 yang dulu dengan lantang kuucapkan, tiba2 bahkan tak mampu kubisikkan. Semua yang kukenal dari diriku, tiba2 kupertanyakan,” ungkap Denada.
“Tak bisa nafas rasanya saat itu. Ga berdaya. Lemah. Aku ditaruh di titik paling rendah dalam hidupku.”
Meski masa-masa terberat tersebut sudah berlalu namun Denada masih tak dapat membayangkan apa yang sudah dilaluinya itu.
“Kalau sampai sekarang aku masih bisa berdiri dan menceritakan semua ini, percayalah..pada saat itu, momen ini tak pernah mampu kubayangkan.”
“Perjalananku dari masa itu, setiap seretan langkah ku, setiap paksaan sisa tenaga yg harus kukeluarkan sekedar untuk menegakkan punggungku supaya aku tetap berdiri.”
“Setiap tarikan nafasku yg ku hela dengan seluruh tenaga untuk memberhentikan air mataku supaya Aisha ga melihatnya, tidak ada sedikitpun, sama sekali, kekuatan yang datang dari ku sendiri.”
Denada tidak pernah merasa bangga karena semua yang telah terjadi ini tidak lain karena pertolongan dari Allah SWT.
“Tidak ada sedikitpun yg bisa kubanggakan dari diriku. Karena tidak ada secuilpun kekuatan yang milik ku,” tulis Denada.
“SEMUANYA hanya karena pertolongan ALLAH SWT. ALLAH SWT tutupi keburukanku. Karena belas kasih ALLAH semata. Karena kebaikan ALLAH semata.”
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR