Nakita.id - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami Venna Melinda belakangan ini jadi sorotan.
Bagaimana tidak, belum genap satu tahun menikah, Venna Melinda melaporkan kasus KDRT yang dialaminya dan dilakukan sang suami, Ferry Irawan.
Bahkan karena KDRT yang diterimanya, ia harus dirawat di rumah sakit.
Tak hanya Venna Melinda, beberapa artis juga sempat mengalami KDRT, sebut saja Lesti Kejora.
Melihat berbagai kasus tersebut, tentu kita harus waspada atas kasus KDRT.
Lalu adakah cara mengetahui bagaimana pasangan kita berpotensi melakukan KDRT?
Mengutip dari Good Housekeeping, seorang neuropsikolog klinis asal Taiwan Judy Ho, Ph.D mengatakan bahwa ada tanda-tanda peringatan non-kekerasan yang cenderung diabaikan sampai akhirnya terlambat.
"Kami menyebutnya pink flags," katanya, dikutip dari Good Housekeeping.
"Tanda-tandanya lebih halus dan mungkin tampak sedikit tidak mencurigakan pada awalnya, tetapi benar-benar cara pelaku untuk mengisolasi dan menanamkan rasa takut sehingga seseorang merasa tidak punya tempat untuk meminta bantuan."
"Mereka mengatakan hal-hal seperti 'itu karena aku sangat mencintaimu, inilah mengapa kamu membuatku melakukan ini,' untuk membuatmu merasa ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi," terang Dr. Ho.
Mereka melakukan gaslighting untuk membuat narasi palsu dan mempertanyakan pengalaman maupun perasaan kita sendiri.
Perilaku tersebut termasuk mengontrol aspek kesehatan dan tubuh kita, berkomentar tentang apa yang kita makan, seberapa banyak kita berolahraga atau kecurigaan atas kesetiaan kita.
"Ini semua adalah upaya untuk mengendalikan lingkup pengaruh Anda dan bagaimana perasaan Anda tentang diri Anda sendiri," tambah Dr. Ho.
Indikasi KDRT lainnya yaitu ketika pasangan kita meminta atau rela berbagi berbagai hal, misalnya password media sosial, rekening, kunci rumah, dan lain sebagainya.
"Mereka mungkin membingkainya sebagai 'kenyamanan' atau untuk alasan 'keuangan', tetapi itu benar-benar kendali," kata Dr. Ho.
Mereka mencari kesempatan untuk bisa mengotrol kita, apa pun yang dilakukan.
Semakin mencurigakan jika pasangan membatasi cara kita membelanjakan uang sendiri, menginterogasi setiap aktivitas atau menuntut harus berbagi password semua media sosial maupun gadget.
"Ketika ada eskalasi kekerasan fisik, awalnya sering terasa seperti kisah dongeng," kata Dr. Ho.
Awalnya, pasangan akan menghujani dengan cinta, kasih sayang, perhatian dan hadiah berlebihan.
Lalu mereka mulai bersikap menuntut sehingga menjadi orang yang sangat berbeda.
Sikapnya juga sangat manis di depan orang lain, yang berkebalikan dengan perilakunya saat hanya berdua.
"Mereka sering terlihat memesona di sekitar orang lain dengan tujuan membuat orang berpikir bahwa mereka adalah orang yang hebat," kata Jaime Zuckerman, Psy.D, seorang psikolog klinis berlisensi di Pennsylvania.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR