Hal tersebut lantaran sang istri rupanya mengidap preeklampsia sejak melahirkan anak ketiga.
Namun hal tersebut tidak diberitahukan oleh dokter yang menangani istrinya saat melahirkan anak ketiga mereka.
“Kan ada pre-eklampsia sudah ada sejak proses kelahiran normal anak ketiga. Tekanan darahnya sudah tinggi, cuma kita enggak dapat note dari dokter sebelumnya, dengan kesehatan kondisi istri, seharusnya enggak boleh hamil lagi,” tutur Aji.
Setelah melahirkan anak ketiganya, tidak lama kemudian istrinya hamil anak keempat.
Tetapi, di masa kehamilan anak keempat mereka, kondisi istrinya justru menurun.
Istrinya mengalami keluahan yang cukup parah selama mengandung.
“Keluhan itu dari kepala, kiri-kanan, depan belakang. Mood yang bisa berubah dengan drastis. Mood yang berubahnya cepat, emosi tingkat tinggi, perubahan-perubahan itu yang berpengaruh,” kata Aji.
“Terus ada kontraksi palsu. Cuma, kalau untuk kontraksi palsu itu sering, jadi kita menganggap biasa,” lanjutnya.
Karena kondisi istrinya yang terus menurun, Aji membawa sang istri di rumah sakit.
Baru di situlah, dirinya mengetahui bahwa janin anaknya meninggal dunia pada usia tujuh bulan kandungan.
Menurut keterangan dokter, janin anaknya itu sudah meninggal sejak tiga atau empat hari sebelum istri Aji Yusman dibawa ke dokter untuk diperiksa.
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR