Nakita.id - Peserta didik harus tahu hakikat takut kepada Allah atau biasa disebut khauf dan tanda-tanda takut kepada Allah SWT.
Bukan hanya sebagai pemahaman materi Agama Islam kelas X SMA dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik memang harus memiliki jiwa taat kepada agama Islam juga.
Dengan mempelajari materi di bawah ini, peserta didik diharapkan bisa menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
Dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X, ayat ini tegas menyerukan kepada manusia agar takut terhadap siksa Allah SWT.
Rasa takut kepada Allah mempunyai beberapa tingkatan. Tingkatan yang pertama dinamakan dengan khauf, yaitu rasa takut kepada Allah atas dasar iman.
Orang yang beriman pasti akan mempunyai rasa takut kepada Allah. Semakin mendalam iman, akan semakin mendalam rasa takut kepada Allah.
Tingkatan yang kedua dinamakan dengan khasyyah; khasay, ini adalah rasa takut kepada Allah atas dasar iman dan ilmu.
Semakin bertambah ilmu, maka orang tersebut akan semakin bertambah pula rasa takut kepada Allah.
Apabila ada orang yang bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah rasa takutnya kepada Allah, maka dia akan semakin jauh dari Allah.
Selanjutnya tingkatan yang ketiga dinamakan dengan haibah, yaitu rasa takut kepada Allah atas dasar iman, ilmu dan ma’rifah (mengenal) Allah. Semakin mengenal Allah, niscaya akan semakin kokoh rasa takut kepada-Nya.
Ada pula Al-huznu, yakni rasa sedih dan gelisah yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang bermanfaat atau mendapatkan musibah.
Baca Juga: Pengertian Hukum Serta Jenis Hukuman Bagi Perbuatan Zina, Materi PAI Kelas X SMA Kurikulum Merdeka
Serta, Ar-rahbu merupakan padanan kata (sinonim) dari kata al-khaufu adalah rasa takut yang diiringi dengan pengagungan atas sesuatu yang ditakuti tersebut. Kata khauf secara etimologis berarti khawatir, takut, atau tidak merasa aman.
Rasulullah SAW pernah bersabda: "Seandainya kamu sekalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu sekalian akan sedikit sekali tertawa dan pasti akan banyak menangis. Kemudian para sahabat Rasulullah Saw. menutup mukanya sambil terisak-isak (menangis)," (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Imam al-Ghazali, takut kepada Allah SWT dapat berupa rasa takut tidak diterimanya taubat, takut tidak mampu istikamah dalam beramal saleh, takut akan mengikuti hawa nafsu, takut tertipu oleh gemerlap duniawi, takut terperosok dalam jurang maksiat, takut atas siksa kubur, takut terjebak pada kesibukan yang melalaikan dari Allah SWT, takut menjadi sombong karena memperoleh nikmat dari Allah SWT, takut mendapatkan siksaan di dunia dan takut tidak mendapatkan nikmat surga.
Adanya sifat khauf ini akan menjadi benteng penahan agar manusia tetap rendah hati dan tidak takabur.
Menurut Abu Laits as-Samarqandi, seseorang yang takut kepada Allah SWT akan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
Ciri utama seorang hamba yang taat dapat diketahui dari tingkat ketaqwaannya kepada Allah SWT, yakni kepatuhan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Ketaatan ini dilandasi oleh keimanan pada diri seorang hamba. Bagi seorang mukmin, pengabdian kepada Allah SWT dapat terwujud dengan taat kepada-Nya.
Manusia adalah mahkluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia. Berbicara dengan lisan merupakan unsur utama dari seluruh interaksi sosial tersebut.
Karenanya, lisan harus terjaga dari ucapan kotor yang menyakitkan lawan bicara. Bagi seseorang yang takut kepada Allah SWT, ia akan berhati-hati dalam bertutur kata, dan memastikan perkataannya mengandung nilai manfaat.
Sifat iri dan dengki muncul akibat tidak adanya rasa syukur pada diri seseorang. Padahal, Allah SWT telah mencukupi semua kebutuhan seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Untuk menumbuhkan rasa syukur ini dapat dilakukan dengan selalu menerima kenyataan dengan ikhlas dan melihat sisi positif dari setiap peristiwa hidup.
Baca Juga: Hukum Bacaan Tajwid Dalam Surat Al-Isra Ayat 32 Tentang Larangan Mendekati Perbuatan Zina
Tidak mungkin Allah SWT menghendaki keburukan pada diri hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh.
Seseorang yang takut kepada Allah SWT akan menjaga padangan dari segala kemaksiatan, termasuk memandang lawan jenis dengan pandangan yang diliputi oleh hawa nafsu.
Menjaga pandangan bukan berarti memejamkan mata atau menundukkan kepala ke bawah, tapi mengendalikan hawa nafsu.
Banyak sekali makanan dan minuman halal yang telah disediakan oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Atas dasar ini, tentu sangat memprihatikan kalau ada manusia yang mengkonsumsi makanan dan minuman haram.
Di era digital seperti saat ini, muncul berbagai macam menu makanan kekinian yang menggoda selera ditampilkan di internet.
Terbukanya akses makanan dan minuman dari berbagai belahan dunia mengharuskan muslim berhati-hati dalam memilih yang halal dan sehat.
Tangan dan kaki akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Seorang muslim akan menggunakan keduanya untuk kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah.
Lebih dari itu, mereka akan menjaga muslim lainnya agar tidak terganggu oleh lisan dan tangannya.
Mereka bertindak dengan penuh hati-hati agar terjaga hubungan baik dengan sesama muslim dan mendapat rahmat dari Allah SWT.
Baca Juga: 6 Dampak Negatif Bagi Pelaku Zina Menurut Imam Sayuti dalam Kitab Al-Jami Al-Kabir
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR