Nakita.id - Kasus pembunuhan berantai yang terjadi di Cianjur dan Bekasi masih menyisakan misteri.
Kasus ini memang sempat menjadi sorotan usai 3 sosok keji tega membunuh 9 orang, yang sebagian besar adalah kerabatnya sendiri. Mereka adalah Wowon (60), Muhammad Solehudin, dan Solihin (64).
Masalah ini terbongkar ketika warga menerima ada laporan 5 orang yang mengalami keracunan di salah sebuah rumah di Ciketing Udik, Bantar Gebang, Bekasi.
Saat diselidiki dan masuk ke dalamnya, terdapat dua orang tergeletak lemas di ruang depan rumah dengan mulut berbusa. Setelah dilihat ruangan lainnya, ada 3 korban lainnya menunjukkan gejala sama, lemas dan mulut berbusa.
5 korban yang menjadi korban racun itu antara lain Ai Maimunah (40) dan NR (5) (perempuan); serta Ridwan Abdul Muiz (23), Muhammad Riswandi (17), dan Muhammad Dede Solehudin (34) (laki-laki).
Ai Maimunah, Ridwan Abdul Muiz, dan Muhammad Riswandi dinyatakan meninggal. Sedangkan NR dan Muhammad Dede Solehudin dinyatakan selamat dan menjalani perawatan rumah sakit.
Belakangan, Muhammad Dede Solehudin dinyatakan terlibat dalam pembunuhan dan dijadikan tersangka.
Terungkapnya kasus pembunuhan di Bekasi turut membongkar korban lainnya yang ada di Cianjur, yaitu Noneng, Wiwin, Bayu (2), dan Farida. Satu korban masih dalam pencarian penyidik dan belum belum dapat dipastikan identitasnya.
Diduga, Siti dan Farida yang merupakan TKW yang jadi korban penipuan dibunuh pertama kali oleh pelaku.
Baik Siti dan Farida diduga menjadi korban penipuan penggandaan uang yang dijanjikan para pelaku yang mengaku dapat menggandakan uang.
Mereka pun menyerahkan uangnya kepada para pelaku, tapi saat ditagih janji pelaku yang dapat melipatgandakan aset, para pelaku pun berkelit dan bahkan 'menghilangkan' nyawa keduanya.
Nah, belakangan banyak korban tewas juga merupakan kerabat dekat pelaku, termasuk istri, mertua, anak, anak tiri, dan lainnya.
Berdasarkan pengakuan sementara kepada penyidik kepolisian, para pelaku membunuh korban yang rata-rata masih keluarga itu karena khawatir aksi keji penipuan dan pembunuhannya pada Siti dan Farida terbongkar.
Tapi yang masih menjadi misteri, mengapa anak dua tahun bernama Bayu dan lima tahun bernama NR juga menjadi korban.
Hal ini diungkapkan oleh Kombes Hengki Heriyadi, Direskrimum Polda Metro Jaya.
"Proses penyelidikan belum selesai. Kami akan telusuri dari korban para penipuan, orangnya ada di mana. Tim dari Polda Metro Jaya masih ada di Cianjur dan dan Tim Psikologi Otopsi Forensik mendampingi kami, untuk melihat motif apa sebenarnya.
Kalau memang penipuan, mengapa harus ada anak dua tahun yang dibunuh, mengapa harus ada anak 5 tahun yang diracun?
Itu skenario sudah tergambar semua dari metode penyelidikan kami, baik dari digital forensik maupun keterangan-keterangan saksi, otopsi psikologi, dan lain sebagainya," ungkapnya.
Memang, pembunuhan anak 2 dan 5 tahun masih menjadi teka-teki.
Apakah mereka terlalu panik dan takut hingga sampai tega membunuh darah daging mereka sendiri yang masih kecil karena khawatir menyaksikan pembunuhan keji itu?
Atau ada unsur lain, misalnya, karena praktik ilmu hitam dan perdukunan.
Memang, menurut beberapa tetangga, salah satu tersangka yaitu Solihin dikenal rajin 'Ngelmu' alias belajar ilmu perdukunan hingga dianggap punya kemampuan supranatural.
Gara-gara kemampuan inilah, banyak TKW yang sedang berada di luar negeri terjerat rayuan dan tipu rayunya.
Mereka mengatakan dapat melipatgandakan kekayaan, sehingga saat pulang ke tanah air, para korban dapat melihat asetnya bertambah dan berlipat.
Meskipun semua itu hanya akal-akalan para pelaku saja.
Praktik ilmu hitam memang siasat iblis untuk memperdaya manusia.
Praktik ilmu hitam dikenal kejam dan tak pandang bulu, termasuk mengorbankan anak dan istri sendiri.
Namun, untuk mengetahui motif pembunuhan dan percobaan pembunuhan anak berusia 2 dan 5 tahun itu karena praktik ilmu hitam atau bukan, kita tunggu penyelidikan dari pihak kepolisian.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR