Nakita.id – Masalah gizi menjadi perhatian utama bagi beberapa negara, termasuk di Indonesia.
Masalah gizi yang kerap dialami para balita adalah terjadinya stunting.
Stunting merupakan masalah kurang gizi yang disebabkan kurangnya asupan gizi pada anak.
Ini bisa mengakibatkan terjadinya gangguan tumbuh kembang anak yang lebih rendah atau pendek dari standar usianya.
Perlu diketahui bahwa stunting dimulai bukan hanya saat bayi baru lahir.
Tetapi, stunting muncul sebagai risiko malnutrisi di 1000 hari kehidupan pertama.
Dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Sabtu (7/1/2023), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) selaku Kepala BKKBN mengungkapkan jika untuk mencegah terjadinya stunting ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Mulai dari perbaikan pola makan, pola asuh yang diberikan, serta sanitasi dan akses air bersih.
Untuk memenuhi pola asuh dan status gizi yang sesuai perlu adanya upaya dari pemahaman orangtua akan pentingnya kesehatan dan gizi keluarga.
Maka, perlu adanya edukasi terlebih dahulu guna meningkatkan kesehatan serta pentingnya gizi bagi orangtua dan anak.
Kelompok yang paling tepat sasaran untuk mengedukasi ini adalah catin atau calon pengantin.
Catin memiliki tempat yang strategis dalam pengentasan masalah stunting.
Tak sedikit beberapa calon pengantin yang menikah memiliki cita-cita ingin langsung memiliki momongan.
Dengan peningkatan pengetahuan catin diharapkan bayi yang dilahirkan sehat jasmani, memiliki kecerdasan yang tinggi, dan tidak stunting.
"Catin berkontribusi besar karena jumlahnya besar," terang Hasto.
"Mayoritas keinginannya, ingin punya anak," sambungnya.
Hasto menuturkan jika hampir 2 juta perempuan yang menikah mayoritas melahirkan bayi stunting.
"Hampir 2 juta perempuan yang nikah ini hamil dan melahirkan di tahun pertama hampir 80 persen. Kalau stunting masih 24,4 dari yang nikah itu. 400 ribu sendiri melahirkan anak stunting," ujar Hasto.
Salah satu upaya pencegahan stunting, catin wajib memiliki kesehatan yang baik.
Catin juga harus memahami kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak, jumlah anak, dan jarak kelahirannya.
Cara pertama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan bagi pasangan yang akan menikah.
"Apa yang dilakukan pertama adalah periksa. Diperiksa terlebih dahulu kalau belum diperiksa jangan dinikahkan," ujarnya.
Pemeriksaan kondisi kesehatan calon pengantin dilakukan 3 bulan sebelum hari pernikahan.
Konseling 3 bulan sebelum menikah juga mencakup memastikan kesiapan mental spiritualnya, kesiapan dari kesehatan reproduksi.
Dengan melakukan konseling diharapkan sebelum menikah catin memiliki kondisi fisik yang sehat.
Memastikan tidak ada catin wanita mengalami anemia yang mana bisa mengakibatkan bayi lahir dalam kondisi yang tidak normal.
Apabila diperiksa dan hasilnya tidak normal, yang mana calon pengantin wanita mengalami anemia, Hasto mengungkapkan pasangan catin masih diperbolehkan untuk menikah.
"Apabila diperiksa dan hasilnya tidak normal, anemia, lingkar lengannya kurang dari 23, apa boleh dinikahkan? Jawaban saya boleh," tutur Hasto.
Namun Hasto menyarankan meski diperbolehkan untuk menikah, catin perlu menunda kehamilannya.
Peran catin wanita berpengaruh besar untuk melahirkan generasi bebas stunting.
Sebelum menikah, segera periksakan kondisi kesehatan ke pusat fasilitas kesehatan terdekat.
Saat hamil dianjurkan untuk rutin cek kesehatan ibu dan janin.
Serta memeriksa status gizi sebelum dan ketika hamil.
Baca Juga: Hari Gizi Nasional 2023, Cegah Stunting Sejak Dini dengan Perbanyak Konsumsi Protein Hewani
Tak hanya itu, perlu juga memahami akan pola pengasuhan yang tepat.
Pencegahan stunting juga berlaku bagi catin pria.
Upaya yang dilakukan oleh catin pria adalah dengan meningkatkan kebugaran serta menjaga kondisi kesehatan tubuh.
"Laki-laki juga harus jaga kebugaran, kesehatan," pungkas Hasto.
Serta meningkatkan pengetahuan durasi menyusui dan menyusui secara eksklusif ketika bayi lahir.
Cara mudah lainnya adalah dengan menjalani gaya hidup sehat sejak jauh hari sebelum pernikahan.
Untuk mengurangi risiko bayi stunting mulailah untuk mengonsumsi makanan sehat.
Moms dan Dads bisa saling mendukung satu sama lain guna melakukan pola hidup sehat serta hentikan kebiasaan merokok.
Untuk diketahui, di setiap desa memiliki Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPPS).
Ini juga didukung oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Keduanya bekerja untuk menyosialisasikan mengenai percepatan penurunan kasus stunting.
Baca Juga: Tips Supaya Tidak Melahirkan Bayi Stunting, Cukup Lakukan Ini
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR