Nakita.id – Teknologi PGT-A atau Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy yang hadir di Morula IVF Indonesia.
Merupakan cara mendeteksi masalah kromosom pada embrio untuk mencegah terjadinya keguguran pada pasien ibu dan calon bayi tabung.
Teknologi PGT-A ini memberikan manfaat bagi pasangan yang memiliki kondisi sudah melakukan program bayi tabung berulang kali dan belum berhasil untuk hamil, pasangan yang memiliki riwayat keguguran berulang, pasangan yang memiliki riwayat kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya, dan ibu yang sudah berusia lanjut.
Selain PGT-A terdapat pemeriksaan kromosom lanjutan lainnya yaitu PGT-M(Pre Implantation Genetic Testing for Monogenic / single-gene defect).
Beberapa kelainan yang dapat dicegah dengan menggunakan teknologi PGT-M seperti diantaranya Thalassemia, Spinal Muscular Atropy, Cystic Fibrosis dan penyakit genetik lain yang bersifat menurun.
PGT-A Meningkatkan Persentase Kehamilan"PGT-A merupakan teknologi bayi tabung unggulan terbaru untuk screening kromosom pada embrio yang dimiliki untuk membantu memaksimalkan keberhasilan kehamilan dalam program bayi tabung (IVF).
Teknologi ini memungkinkan proses seleksi embrio sehingga embrio yang dimasukkan ke dalam rahim merupakan embrio dengan kromosom normal dan diharapkan mempunyai tingkat keberhasilan hamil lebih tinggi," ungkap Direktur Scientific PT. Morula Indonesia, Prof. Arief Boediono. Ph.D.
“Berdasarkan studi yang kami lakukan pada Januari tahun 2019 hingga September 2022 pada hampir 500 pasien, bahwa teknologi PGT-A membantu potensi kehamilan sebesar 68% di kelompok umur 38-39 tahun dan 46% usia diatas 40 tahun. Pada kelompok 38-39 tahun tersebut, persentase kehamilan dengan teknologi PGT-A lebih baik 25% dibanding kehamilan Non PGT-A dan di usia 40 tahun ke atas, PGT-A membantu persentase kehamilan 19% lebih baik dari yang Non PGT-A,” demikian dipertegas Prof Arief.
Data lain dalam penelitian mengungkapkan bahwa pasien dalam rentang usia 36-44 tahun memiliki angka kromosom normal (euploid) yang jumlahnya lebih rendah dibandingkan kromosom tidak normal (aneuploid).
Ini menunjukkan bahwa teknologi PGT-A harus direkomendasikan pasien dalam kelompok usia tersebut agar tujuan healthy embryo–healthy baby bisa terpenuhi.
Di sisi lain saat teknologi ini dapat juga mengidentifikasi embrio dengan kromosom seks yang normal atau sehat dengan mengidentifikasi kromosom 46 XX atay 46 XY, dalam bahasa awam dikenal dengan deteksi jenis kelamin yang normal.
Baca Juga: Bagaimana Proses Bayi Tabung Bisa Terjadi? Simak 5 Tahap yang Harus Dilalui Moms
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR