Akan tetapi, terlalu fokus hingga terobsesi pada orgasme bukan merupakan sebuah sikap dan pemikiran yang baik.
"Ini adalah momok yang sering kali berujung pada kecemasan terkait performa di ranjang hingga disfungsi ereksi. Sering kali hal ini terjadi pada pria muda yang masih sehat secara fisik. Ini juga dapat membuat pasangan merasa tertekan dan memiliki kewajiban untuk orgasme," ujar Milrod, yang juga merupakan salah satu editor Cultural Encyclopedia of Penis.
Solusinya, Milrod menyarankan Dads untuk tidak terlalu banyak berpikir tentang pentingnya orgasme.
Dads juga diminta tidak menduga-duga saat bercinta dan pahamilah bahwa tidak semua orang mampu berorgasme.
Selain itu, yang lebih penting adalah menikmati sesi bercinta itu sendiri tanpa memiliki kewajiban untuk orgasme atau tidak.
Sifat kedua yang harus dihindari adalah melewatkan sesi foreplay.
Perlu dipahami bahwa pria dan perempuan mencapai gairah dengan cara yang berbeda.
"Banyak pria meyakini bahwa penetrasi dan propulsi akan membuat wanita mencapai orgasme," kata Milrod.
Faktanya, banyak perempuan tidak mencapai orgasme vaginal dan sebagian perempuan membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk foreplay guna mencapai gairah fisik yang seutuhnya.
Tanpa "sesi pemanasan" ini, perempuan akan kekurangan lubrikasi natural yang akhirnya menurunkan sensitivitas kulit.
Oleh sebab itu, luangkan waktu tambahan selama 20 menit untuk sesi foreplay.
Baca Juga: Setelah Operasi Caesar, Kapan Waktu yang Tepat Melakukan Hubungan Intim?
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR