Lepas menimba ilmu dari ayahnya sendiri, Syekh Yasin melanjutkan ke Madrasah ash-Shautiyyah, Mekkah.
Setelah dewasa,ia mendirikan madrasah Darul Ulum al-Diniyyah dan mengajar di Masjid al-Haram.
Soal karya, Syekh Yasin berhasil menulis 97 kitab. Yang paling dikenal berjudul Al-Fawaid al-Janiyyah. Buku ini menjadi materi silabus dalam mata kuliah ushul fiqih di Fakultas Syariah Al-Azhar Kairo, Mesir.
Ulama besar al-Allamah Habib al-Segaf bin Muhammad Assegaf menjuluki Syekh Yasin dengan sapaan Sayuthiyyu Zamanihi (Imam Sayuthi pada zamannya).
Ulama asal Hadramaut, Yaman itu mengaku terkagum-kagum atas keluasan ilmu sosok berdarah Minang tersebut.
Ulama yang satu ini lahir di Desa Lok Gabang Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada 17 Maret 1710.
Syekh Arsyad yang juga berjuluk Anumerta Datuk Kelampaian ini wafat pada usia 102, yakni 3 Oktober 1812. Arsyad kecil mendapatkan pendidikan pertama di bawah tempaan ayahnya, Syekh Abdullah.
Jelang remaja, ia pergi ke Mekkah dan bertemu dengan ulama masyhur sekelas Syekh Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, dan al-Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.
Banyak karya yang telah ditulis. Namun satu kitab berjudul Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amriddin dianggap banyak tokoh sebagai buku paling monumental.
Kitab yang memuat penjelasan hukum fikih itu bahkan dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR