Nakita.id - Pada materi Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam Oleh Wali Songo di Tanah Jawa) mata pelajaran Agama Islam kelas X, diperkenalkan ulama Indonesia.
Pada kurikulum merdeka tersebut juga harus tahu hasil karya Ulama besar di Indonesia pada zaman tersebut. Apa saja?
K.H Hasyim Asy’ari adalah empu dari organisasi Nahdhatul Ulama (NU) dan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng.
Selain itu, beliau ayah dari K.H. Abdul Wahid Hasyim, yang merupakan anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan.
Jiwa nasionalisnya menggelora saat mengeluarkan Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada 22 Oktober 1945.
Resolusi Jihad NU adalah upaya meminta pemerintah Indonesia untuk menentukan sikap dan tindakan nyata serta tegas terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan dan agama serta negara, khususnya pihak Belanda dan sekutunya.
Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1964.
Beliau terkenal sebagai sosok yang haus ilmu. Mengutip dari Biografi Lengkap K.H. M Hasyim Ashari oleh Tebuireng Online, ia menuntut ilmu hingga ke Makkah
Berkat didikan sang ayah, prestasi ulama Hasyim Ashari cukup menonjol hingga mendapatkan kepercayaan untuk mengajar di Masjid Al-Haram.
Selain itu, ia juga mengeluarkan karya-karya yang menjadi kitab wajib di pesantren di Indonesia, di antaranya:
- At-Tibyan fi al-Nahy’an Muqatha’at al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan
- Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama
- Risalah fi Ta’kid al-Akhdzi bi Mazhab al-A’immah al-Arba’ah
- Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat Nahdlatul Ulama
- Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim fi ma Yanhaju Ilaih al-Muta’allim fi Maqamati Ta’limihi
- Rasalah Ahl aas-Sunnah wa al-Jamaah fi Hadts al-Mauta wa Syuruth as-Sa’ah wa Bayani Mafhum as-Sunnah wa al-Bid’ah
Lahir di Koto Tuo - Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat pada 1860 dan wafat di Mekkah 1916. Syekh Khatib bernama lengkap al Allamah asy Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah bin Abdul Lathif bin Abdurrahman.
Di antaranya Sayyid Umar bin Muhammad bin Mahmud Syatha al Makki asy Syafi’i, Sayyid Utsman bin Muhammad Syatha al Makki asy Syafi’i, serta Sayyid Bakri bin Muhammad Zainul Abidin Syatha ad Dimyathi al Makki asy Syafi’i.
Syekh Khatib dikenal jenius dan rendah hati. Ia tercatat sebagai orang non-Arab pertama yang dipercaya menjadi imam besar di Masjidil Haram, Mekah.
Di tangan Syekh Khatib lahir ratusan karya. Beberapa judul yang sering dijadikan rujukan oleh ulama dunia ialah Hasyiyah an Nafahat ala Syarhil Waraqat lil Mahalli Al Jawahirun Naqiyyah fil Amalil Jaibiyyah, ad Da’il Masmu ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Maa Wujudil Ushul wal Furu, serta Raudhatul Hussab.
"Di Indonesia, banyak tokoh besar pernah belajar kepada Syekh Khatib. Di antaranya Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka, KH Hasyim Asyari, serta KH Ahmad Dahlan," tulis Abdul Baqir Zein dalam Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia (1999).
Ulama berdarah Padang, Sumatera Barat ini dilahirkan 17 Juni 1915 dan wafat di Mekkah pada 20 Juli 1990.
Syekh Yasin mengawali pendidikan agama dari Syekh Muhammad Isa al-Fadani.
Lepas menimba ilmu dari ayahnya sendiri, Syekh Yasin melanjutkan ke Madrasah ash-Shautiyyah, Mekkah.
Setelah dewasa,ia mendirikan madrasah Darul Ulum al-Diniyyah dan mengajar di Masjid al-Haram.
Soal karya, Syekh Yasin berhasil menulis 97 kitab. Yang paling dikenal berjudul Al-Fawaid al-Janiyyah. Buku ini menjadi materi silabus dalam mata kuliah ushul fiqih di Fakultas Syariah Al-Azhar Kairo, Mesir.
Ulama besar al-Allamah Habib al-Segaf bin Muhammad Assegaf menjuluki Syekh Yasin dengan sapaan Sayuthiyyu Zamanihi (Imam Sayuthi pada zamannya).
Ulama asal Hadramaut, Yaman itu mengaku terkagum-kagum atas keluasan ilmu sosok berdarah Minang tersebut.
Ulama yang satu ini lahir di Desa Lok Gabang Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada 17 Maret 1710.
Syekh Arsyad yang juga berjuluk Anumerta Datuk Kelampaian ini wafat pada usia 102, yakni 3 Oktober 1812. Arsyad kecil mendapatkan pendidikan pertama di bawah tempaan ayahnya, Syekh Abdullah.
Jelang remaja, ia pergi ke Mekkah dan bertemu dengan ulama masyhur sekelas Syekh Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, dan al-Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.
Banyak karya yang telah ditulis. Namun satu kitab berjudul Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amriddin dianggap banyak tokoh sebagai buku paling monumental.
Kitab yang memuat penjelasan hukum fikih itu bahkan dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR