Nakita.id - Yuk, ketahui kaidah kebahasaan yang ada di dalam novel sejarah.
Apakah kalian sudah pernah membaca novel sejarah?
Menurut KBBI, novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Dilansir dari Kompas.com, novel sejarah ialah karya sastra yang mengisahkan kejadian di masa lalu.
Novel sejarah berguna bagi pembaca untuk mengetahui atau mempelajari sejarah dengan cara yang menyenangkan.
Novel sejarah menggunakan kaidah kebahasaan tertentu sehingga bisa mengedukasi dan menghibur para pembacanya.
Kira-kira, bagaimana kaidah kebahasaan yang ada dalam novel sejarah? Ini jawabannya.
Berikut ini merupakan kaidah kebahasaan novel sejarah, antara lain:
1. Menggunakan kalimat kata kerja secara enggak langsung
2. Menggunakan kalimat yang bermakna lampau
3. Terdapat banyak dialog
4. Menggunakan kata sifat
5. Menggunakan kata kerja dengan sesuatu yang dirasakan dan dipikirkan
6. Menggunakan kata yang menyatakan tentang urutan waktu
Novel sejarah memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu:
1. Novel sejarah dituliskan sesuai dengan urutan kejadiannya atau kronologis peristiwa.
2. Novel sejarah terdiri dari orientasi, pengenalan peristiwa, konflik, puncak konflik, resolusi, dan koda.
3. Novel sejarah berisi fakta yang terjadi di masa lalu.
4. Novel sejarah menggunakan konjungsi temporal untuk menjelaskan hubungan waktu antarperistiwa.
5. Novel sejarah menceritakan ulang kejadian lampau.
Itulah tadi beberapa hal yang perlu kalian ketahui soal novel sejarah.
Bisakah kalian menyebutkan beberapa novel sejarah yang bisa menjadi bahan bacaan dan belajar siswa?
Baca Juga: Selami Masa Penjajahan Belanda, Penerbit KPG Luncurkan Novel Rasina
Untuk bahan belajar, ini dia beberapa rekomendasi novel sejarah yang bisa kalian cari di toko buku:
1. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari (1982)
2. Laut Bercerita karya Leila Chudori (2017)
3. Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer (1980)
3. Pangeran dari Timur karya Kurnia Effendi (2020)
4. Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma (1994)
5. Segala yang Diisap Langit karya Pinto Anugerah
6. Sang Keris karya Panji Sukma (2020)
7. Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer (1999)
8. Burung- burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya (1981)
Mana yang menjadi pilihan kalian?
Baca Juga: Maknai Kehidupan Baru Pascapandemi Lewat Buku dan Pameran Life as We Know It
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR