"Dikemasnya dalam play-based, atau artinya, anak masih diberi ruang untuk bermain," ujar Frida.
Kepala Sekolah Sampoerna Academy Sentul, Bogor ini menegaskan bahwa dunia anak itu adalah dunia bermain.
Sehingga, orang dewasa tidak bisa mengambil kesempatan bermain anak tersebut.
"Di Sampoerna Academy, (pembelajaran) efektifnya itu sesuai dengan levelnya. Misalnya, di ruangan kelas K1 (Kindergarten 1 atau TK Kecil). Di kelas ini, anak itu enggak cuma belajar matematika atau numerasi, tapi juga literasi. Ada reading corner dimana anak dapat mengembangkan keterampilan dan habit membacanya," terang Frida.
"Terus, kita juga ada safe room atau safe space, area yang memberi kesempatan pada anak untuk mengeksplor emosi mereka. Jadi, regulasi emosinya harus ada ruang. Contoh, kalau anaknya ingin menyendiri sejenak karena entah kelelahan atau lagi moody, oleh guru akan diajak ke sana," katanya menambahkan.
Selain itu, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kegiatan pembelajaran di Sampoerna Academy juga menerapkan play-based learning tanpa meninggalkan esensi belajar itu sendiri.
"Jangan lupa, fun saja enggak akan meaningful, enggak akan menambah makna belajar. Jadi, pembelajarannya harus efektif. Enggak hanya fun, enggak hanya play-based, tapi juga mengembangkan kemampuan berpikir," ucap Frida sambil menegaskan.
"Di Sampoerna Academy itu ada STEAM Expo, dimana anak-anak akan menampilkan project mereka. Lalu, kita juga ada SA Got Talent, Wellness Week, lalu Literacy Week, Bahasa Week. Ini kesempatan bagi anak untuk mengembangkan apa yang mereka pelajari dan potensi mereka," lanjutnya menambahkan.
Frida melanjutkan lagi, dengan adanya IEYC di Sampoerna Academy, kemudian ditambah IGNITE dan 5C, maka akan memberi kesempatan anak mengembangkan dirinya.
Sehingga, menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih potensial dari sebelumnya.
Baca Juga: Peran Penting Orangtua dalam Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan pada Anak
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR