"Terus dari rugi-ruginya itu kita bisa evaluasi sama-sama sebenarnya.
Terus kalau ini rugi, bagaimana antisipasinya. Terus kalau ini merugikan atau ini bikin perasaan yang enggak enak, kita bisa apa," lanjutnya.
Sehingga, selain tidak merasa dibatasi, anak remaja juga merasa diajak berpikir untuk melihat mana yang baik dan mana yang tidak.
Selain itu, anak remaja juga dapat menentukan sendiri batas yang harus dibuatnya.
"Karena kan kalau kita bicara anak remaja, kalau cuma kita (orangtua) bilang enggak boleh tanpa ada alasan, tanpa ada diskusi, tanpa ada kesepakatan, anak-anak enggak akan bisa terima begitu saja rasanya," terang Mita.
Maka dari itu, Moms dan Dads perlu mengadakan diskusi bersama dengan buah hati yang sudah beranjak remaja termasuk mengenai penggunaan media sosial.
"Selain mungkin dibantu dengan pembekalan ya, pembekalan dari segi knowledge, skill terkait bagaimana caranya untuk media sosial, terus rambu-rambunya apa," ujar Mita.
Sehingga kedepannya, anak remaja dapat bijak bermedia sosial dan dapat terhindar dari hal-hal negatif yang dapat memicu depresi.
Jadi, jangan ragu untuk segera tanamkan kebiasaan ini sejak dini.
Namun, jika anak sudah berada di tahap yang memprihatinkan, segera bawa ke ahli profesional dan jangan membiarkannya begitu saja.
Semoga artikel diatas bermanfaat ya, Moms dan Dads.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR