Nakita.id - Perubahan hormon ibu hamil kerap menjadi pertanyaan.
Selama masa kehamilan, tubuh seorang wanita mengalami serangkaian perubahan hormon yang luar biasa untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.
Perubahan hormon ini merupakan respons kompleks dan terkoordinasi dari sistem endokrin yang mengatur berbagai proses fisiologis dalam tubuh.
Salah satu hormon utama yang mengalami perubahan signifikan adalah hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang diproduksi oleh plasenta pada tahap awal kehamilan.
Hormon ini mendukung kelangsungan kehamilan dan membantu menjaga keseimbangan hormon lainnya.
Selain itu, hormon progesteron dan estrogen juga mengalami fluktuasi yang besar.
Progesteron, yang diproduksi oleh plasenta, membantu mencegah kontraksi rahim sehingga mengurangi risiko keguguran.
Sementara itu, estrogen bertanggung jawab untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mempersiapkan jaringan payudara untuk menyusui.
Perubahan hormon selama kehamilan juga berpengaruh pada emosi dan suasana hati.
Hormon serotonin dan melatonin dapat terpengaruh, menyebabkan perubahan suasana hati dan gangguan tidur pada ibu hamil.
Selain itu, hormon oksitosin, yang berperan dalam kontraksi rahim saat persalinan, juga meningkat seiring pertumbuhan janin, membantu mempersiapkan tubuh untuk melahirkan.
horBaca Juga: Perubahan Hormon Ibu Hamil 1 Bulan dan Cara Mengatasinya, Pak Suami Wajib Tahu!
Melansir dari laman Tiktok @drprima.spog, hormon kehamilan juga bisa menyebabkan berbagai kondisi pada ibu hamil.
Hal ini disampaikan oleh, dr. Syafali Prima, Sp.OG yang mencontohkan perubahan kehamilan tidak biasa disebabkan hormon.
1. Tidak bisa mengontrol buang air kecil
Selama kehamilan, beberapa ibu mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil, yang dikenal sebagai inkontinensia urine.
Hal ini bisa terjadi karena tekanan ekstra pada kandung kemih oleh janin yang berkembang, menyebabkan lemahnya otot panggul.
Hormon kehamilan, seperti relaksin, juga dapat melemahkan otot-otot ini.
Saat rahim membesar, terkadang tekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan kebocoran urine saat tertawa, batuk, atau bersin.
Berolahraga untuk menguatkan otot panggul, menghindari minuman berkafein, dan sering mengosongkan kandung kemih dapat membantu mengurangi masalah ini.
Jika inkontinensi urin parah atau mengganggu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
2. Sering kentut
Hal ini terjadi karena perubahan hormonal dan perubahan fisik dalam tubuh.
Baca Juga: Ciri-ciri Hamil Muda yang Sering Dirasakan Ibu Hamil
Hormon progesteron yang meningkat selama kehamilan dapat menyebabkan relaksasi otot-otot pencernaan, termasuk otot-otot di sekitar saluran pencernaan.
Akibatnya, makanan dan gas lebih mudah bergerak melalui saluran pencernaan, menyebabkan peningkatan produksi gas dan seringnya kentut.
3. Kesulitan buang air besar
Sulit buang air besar atau sembelit adalah masalah umum yang dialami beberapa ibu hamil.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, perubahan hormonal selama kehamilan dapat mempengaruhi gerakan usus, membuatnya lebih lambat dan sulit untuk buang air besar.
Kedua, pertumbuhan rahim yang menekan usus juga dapat menyebabkan sembelit.
Selain itu, asupan zat besi dalam suplemen prenatal dapat menyebabkan feses menjadi lebih keras.
4. Jerawatan
Perubahan hormonal selama kehamilan dapat menyebabkan kelenjar minyak di kulit menjadi lebih aktif, meningkatkan produksi minyak, dan menyumbat pori-pori.
Akibatnya, terbentuklah jerawat pada wajah, leher, atau punggung.
Baca Juga: 14 Hormon yang Mempengaruhi Kehamilan dan Fungsinya, Ibu Hamil Wajib Tahu!
Beberapa wanita mungkin mengalami jerawat untuk pertama kalinya selama kehamilan.
Perubahan hormon ini juga bisa menyebabkan peradangan pada kulit.
5. Wasir
Selama kehamilan, meningkatnya tekanan pada rahim yang membesar dapat menyebabkan pembuluh darah di sekitar rektum dan anus membengkak, menyebabkan wasir.
Gejala wasir meliputi rasa gatal, nyeri, atau perasaan terbakar di area anus, terutama saat buang air besar.
Kondisi ini seringkali disebabkan oleh sembelit, peningkatan tekanan intra-abdominal, dan perubahan hormonal.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR