Bahkan jika itu bertentangan dengan norma keluarga atau masyarakat.
Saat remaja mencoba mencari identitas dan kemandirian, konflik dengan orang tua menjadi hal yang umum.
Perubahan nilai dan pandangan tentang dunia menyebabkan perbedaan pendapat dan keinginan yang dapat menyebabkan perselisihan dan perilaku memberontak.
Beberapa remaja merasa tidak dipahami oleh orang tua atau orang dewasa lainnya.
Mereka mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi atau merasa bahwa orang dewasa tidak dapat mengerti perasaan atau perjuangan yang mereka alami.
Rasa tidak dipahami ini dapat menyebabkan perasaan frustrasi dan menimbulkan perilaku memberontak.
Tuntutan akademis dan sosial dapat menambah tekanan pada remaja.
Beban pelajaran yang berat, ujian, dan tuntutan sosial dapat menyebabkan stres yang berlebihan, dan beberapa remaja mungkin mengekspresikan stres ini dengan perilaku memberontak sebagai bentuk koping.
Penyalahgunaan zat, termasuk alkohol dan narkoba, seringkali terkait dengan perilaku memberontak pada remaja.
Beberapa remaja mungkin mencoba penggunaan zat karena tekanan teman sebaya, rasa ingin mencoba hal-hal baru, atau sebagai bentuk melarikan diri dari masalah atau stres yang dialami.
Media dan teknologi modern memiliki pengaruh besar pada remaja.
Baca Juga: Waspada! Ibu Hamil yang Saat Remaja Mengalami Anemia Bisa Memicu Terjadinya Bayi Lahir Stunting
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR