Beberapa gangguan neurologis, seperti epilepsi yang tidak terkontrol dengan baik atau gangguan neurologis lainnya, dapat menjadi kontraindikasi bagi pemberian vaksin tertentu.
Anak-anak yang sedang menjalani pengobatan dengan obat imunosupresan, seperti kortikosteroid, biasanya tidak dianjurkan untuk divaksinasi karena resiko efektivitas vaksin yang rendah akibat penekanan sistem kekebalan tubuh.
Jika anak tersebut telah mengalami reaksi vaksin yang berat pada imunisasi sebelumnya, pemberian vaksin berikutnya harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan mungkin dihindari.
Jika seorang anak masih dalam kandungan, imunisasi biasanya ditunda sampai setelah lahir.
Beberapa vaksin dapat menyebabkan risiko bagi janin, terutama pada trimester pertama kehamilan, sehingga imunisasi untuk ibu hamil harus sangat dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan risiko bagi ibu dan janin.
Anak-anak yang memiliki riwayat gangguan pernapasan berat, seperti asma yang tidak terkontrol, dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami reaksi vaksin yang memperburuk kondisi pernapasannya.
Dalam kasus ini, dokter akan mengevaluasi apakah vaksinasi aman atau perlu ditunda.
Jika seorang anak memiliki gejala neurologis yang belum terdiagnosis, imunisasi dapat ditunda hingga diagnosis dan evaluasi lebih lanjut dilakukan untuk menghindari potensi reaksi negatif yang tidak diinginkan.
Ketika anak mengalami penyakit serius atau peradangan akut, vaksinasi biasanya ditunda sampai mereka pulih sepenuhnya.
Ini membantu memastikan bahwa sistem kekebalan tubuh berfungsi dengan baik dan tidak dibebani dengan dua tantangan sekaligus.
Beberapa kondisi genetik langka dapat membuat anak lebih rentan terhadap reaksi vaksin yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Imunisasi di Puskesmas Bayar atau Tidak? Simak Ulasan Berikut Ini
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR