Nakita.id - Sebelumnya, perlu saya jelaskan bahwa dalam kebanyakan kasus, imunisasi sangat penting untuk melindungi anak dari penyakit serius dan bahkan dapat menyelamatkan nyawa.
Namun, ada beberapa kondisi medis tertentu yang dapat membuat beberapa anak tidak boleh menerima imunisasi.
Ini biasanya disebabkan oleh keadaan kesehatan tertentu yang dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya jika anak tersebut divaksinasi.
Berikut adalah beberapa kondisi di mana imunisasi mungkin tidak boleh diberikan:
Beberapa anak mungkin memiliki alergi berat terhadap salah satu bahan dalam vaksin, seperti telur, antibiotik tertentu, atau protein khusus dalam vaksin.
Dalam kasus ini, pemberian vaksin dapat menyebabkan reaksi alergi serius, dan anak tersebut mungkin dianggap tidak cocok untuk divaksinasi.
Anak-anak dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang parah, seperti penyakit autoimun, kanker, atau kondisi imunodefisiensi, dapat memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami reaksi yang tidak diinginkan setelah divaksinasi.
Dalam beberapa kasus, imunisasi dapat menyebabkan reaksi yang memperburuk kondisi mereka.
Jika seorang anak sedang menderita penyakit akut atau demam tinggi, vaksinasi biasanya ditunda sampai kondisi kesehatannya membaik.
Hal ini dilakukan untuk menghindari membebani sistem kekebalan tubuh anak dengan reaksi terhadap vaksin.
Jika seorang anak memiliki riwayat reaksi alergi serius atau efek samping yang berat setelah menerima vaksin tertentu sebelumnya, pemberian vaksin tersebut dapat dihindari untuk menghindari risiko yang sama pada dosis berikutnya.
Baca Juga: Viral di TikTok, 9 Cara Mencegah Demam Bayi Setelah Imunisasi, Dijamin Anti Rewel dan Tidur Nyenyak
Beberapa gangguan neurologis, seperti epilepsi yang tidak terkontrol dengan baik atau gangguan neurologis lainnya, dapat menjadi kontraindikasi bagi pemberian vaksin tertentu.
Anak-anak yang sedang menjalani pengobatan dengan obat imunosupresan, seperti kortikosteroid, biasanya tidak dianjurkan untuk divaksinasi karena resiko efektivitas vaksin yang rendah akibat penekanan sistem kekebalan tubuh.
Jika anak tersebut telah mengalami reaksi vaksin yang berat pada imunisasi sebelumnya, pemberian vaksin berikutnya harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan mungkin dihindari.
Jika seorang anak masih dalam kandungan, imunisasi biasanya ditunda sampai setelah lahir.
Beberapa vaksin dapat menyebabkan risiko bagi janin, terutama pada trimester pertama kehamilan, sehingga imunisasi untuk ibu hamil harus sangat dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan risiko bagi ibu dan janin.
Anak-anak yang memiliki riwayat gangguan pernapasan berat, seperti asma yang tidak terkontrol, dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami reaksi vaksin yang memperburuk kondisi pernapasannya.
Dalam kasus ini, dokter akan mengevaluasi apakah vaksinasi aman atau perlu ditunda.
Jika seorang anak memiliki gejala neurologis yang belum terdiagnosis, imunisasi dapat ditunda hingga diagnosis dan evaluasi lebih lanjut dilakukan untuk menghindari potensi reaksi negatif yang tidak diinginkan.
Ketika anak mengalami penyakit serius atau peradangan akut, vaksinasi biasanya ditunda sampai mereka pulih sepenuhnya.
Ini membantu memastikan bahwa sistem kekebalan tubuh berfungsi dengan baik dan tidak dibebani dengan dua tantangan sekaligus.
Beberapa kondisi genetik langka dapat membuat anak lebih rentan terhadap reaksi vaksin yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Imunisasi di Puskesmas Bayar atau Tidak? Simak Ulasan Berikut Ini
Dalam kasus seperti itu, imunisasi mungkin harus disesuaikan atau dihindari sesuai dengan rekomendasi dokter.
Penting untuk diingat bahwa pembatasan imunisasi untuk anak-anak dengan kondisi kesehatan tertentu adalah keputusan yang kompleks dan memerlukan evaluasi medis menyeluruh oleh dokter yang berpengalaman.
Para dokter akan melakukan tinjauan menyeluruh tentang riwayat medis anak, kondisi kesehatan saat ini.
Setiap riwayat alergi atau reaksi sebelumnya untuk menentukan apakah imunisasi aman atau perlu ditunda.
Bagi anak-anak dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk menerima vaksinasi, kekebalan kawanan menjadi sangat penting.
Kekebalan kawanan adalah keadaan di mana mayoritas populasi telah divaksinasi, sehingga melindungi individu yang tidak dapat divaksinasi dengan mengurangi risiko penularan penyakit pada mereka.
Dalam rangka menjaga kekebalan kawanan dan melindungi populasi yang rentan, penting bagi semua individu yang dapat menerima imunisasi untuk melakukannya. Imunisasi adalah salah satu sarana paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan memastikan kesehatan yang optimal bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Penting untuk mencatat bahwa dalam beberapa situasi, dokter mungkin dapat menemukan alternatif atau jadwal vaksinasi yang lebih aman untuk anak dengan kondisi kesehatan yang kompleks.
Jika seorang anak tidak dapat menerima vaksin karena kondisi medis tertentu, mereka mungkin mengandalkan "kekebalan kawanan," yaitu perlindungan melalui orang-orang di sekitarnya yang telah divaksinasi untuk mencegah penularan penyakit tersebut kepadanya.
Dalam semua kasus, keputusan tentang apakah seorang anak boleh atau tidak boleh divaksinasi harus dibuat berdasarkan pertimbangan cermat antara dokter dan orang tua, dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko kesehatan yang terkait dengan vaksinasi.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Imunisasi Wajib Posyandu Apa Saja? Ini Jenis dan Cara Mendapatkannya
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR