Nakita.id - Berikut ini adalah materi pelajaran PAI kelas X SMA pada Kurikulum Merdeka yang membahas tentang tokoh penyebar ajaran Islam
Seperti yang kita tahu, Islam di Indonesia merupakan agama baru, bukan agama peninggalan nenek moyang kita.
Meski begitu, Islam justru mendominasi di Indonesia.
Jadi, tokoh penyebar agama Islam sangat penting dibahas apalagi dalam mata pelajaran PAI.
Untuk peserta didik, simak selengkapnya di sini.
Banyak tokoh, ulama dan sultan yang berperan aktif dalam penyebaran Islam di wilayahnya masing-masing.
Meurah Silu atau Sultan Malik al-Saleh merupakan pendiri dan raja pertama Samudra Pasai (berdiri pada tahun 1267 M).
Meurah Silu memeluk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail dari Mekah.
Setelah masuk Islam, Meurah Silu bergelar Sultan Malik al-Saleh, dan berkuasa selama 29 tahun.
Kesultanan Samudra Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Peurlak dan Kerajaan Pase.
Sultan Malik al-Saleh merupakan tokoh penyebar Islam di Nusantara dan Asia Tenggara.
Baca Juga: Ringkasan Materi Perkembangan Kesultanan di Indonesia, PAI Kelas X SMA Kurikulum Merdeka
Hal ini disebabkan oleh kuatnya pengaruh kekuasaan Samudra Pasai di bawah kepemimpinan Sultan Malik al-Saleh. Semasa berkuasa, sempat menerima kunjungan dari Marco Polo.
Dan menurut catatan Marco Polo, Sultan Malik al-Saleh merupakan raja yang kaya dan kuat pengaruhnya.
Beliau merupakan sultan Samudera Pasai yang ketiga, bergelar Sultan Malik al-Thahir II.
Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Samudra Pasai dikunjungi oleh seorang penjelajah dari Maroko, yaitu Ibnu Batutah.
Menurut catatan Ibnu Batutah, Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan dan kemajuan agama Islam.
Beliau berusaha keras untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di sekitar Samudra Pasai.
Beliau merupakan sultan Aceh ketiga, terkenal sebagai peletak dasar-dasar kejayaan Kesultanan Aceh.
Hubungan baik dengan Kesultanan Turki Utsmani dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya menjadikan pemerintahannya semakin kuat.
Bahkan militer Kesultanan Aceh terkenal handal karena mendapat bantuan dari Kesultanan Turki Utsmani.
Sultan Alaudin Riayat Syah berperan dan berjasa dalam penyebaran Islam di wilayah Aceh.
Beliau mendatangkan ulama-ulama dari Persia dan India untuk mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh.
Setelah terbentuk kaderkader pendakwah, selanjutnya dikirim ke daerah pedalaman Sumatera untuk menyampaikan ajaran Islam.
Bahkan pada masa kepemimpinannya, ajaran Islam sampai ke Minangkabau dan Indrapura.
Wali Songo merupakan sembilan wali atau sunan yang menjadi pelopor penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Mereka adalah:
(1) Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
(2) Raden Rahmat (Sunan Ampel)
(3) Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)
(4) Raden Paku (Sunan Giri)
(5) Syarifuddin (Sunan Drajat)
(6) Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga)
(7) Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)
Baca Juga: Ulasan Lengkap Pembahasan Kunci Jawban Soal Esai Halaman 119, PAI SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka
(8) Raden Umar Said (Sunan Muria)
(9) Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Sultan Alauddin, nama aslinya adalah I Manga’rangi Daeng Manrabbia, dinobatkan sebagai raja Gowa pada usia tujuh tahun.
Beliau termasuk tokoh yang berjasa besar pada penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.
Beliau merupakan raja Gowa pertama yang masuk Islam bersama raja Tallo.
Oleh karenanya, rakyat Gowa-Tallo secara bertahap memeluk agama Islam.
Penyebaran agama Islam pada masa pemerintahan Sultan Alauddin mencapai daerah Buton dan Dompu (Sumbawa).
Termasuk berhasil mengislamkan kerajaan Soppeng, Wajo, dan Bone.
Penyebaran agama Islam di Gowa juga atas perjuangan dakwah dari Datuk Ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal), seorang ulama dari Minangkabau.
Datuk Tunggang Parangan atau Habib Hasyim bin Musyayakh bin Abdullah bin Yahya merupakan seorang ulama Minangkabau yang berdakwah di Kutai Kartanegara.
Beliau berdakwah bersama sahabatnya, Datuk Ri Bandang pada masa pemerintahan Raja Aji Mahkota (1525 – 1589).
Berkat dakwah Datuk Tunggang Parangan, akhirnya Raja Aji Mahkota memeluk Islam dan diikuti oleh keluarga kerajaan serta rakyat Kutai Kartanegara.
Kerajaan Kutai Kartanegara berubah nama menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara.
Agama Islam berkembang pesat pada masa ini, bahkan undangundang negara berlandaskan pada ajaran Islam.
Datuk Tunggang Parangan berdakwah di Kutai hingga akhir hayatnya.
Setelah wafat, beliau dimakamkan di Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Beliau memerintah Kesultanan Ternate pada kurun waktu 1486-1500 M.
Sejak usia belia, beliau mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya, dan dari seorang ulama bernama Datuk Maulana Hussein.
Setelah dinobatkan menjadidiikuti raja, beliau menjadikan Islam sebagai landasan resmi bernegara, hingga kerajaan Ternate berubah nama menjadi Kesultanan Ternate.
Sultan Zainal Abidin berangkat ke Pulau Jawa pada tahun 1494 M untuk memperdalam ilmu agama di Pesantren Sunan Giri, Jawa Timur.
Sekembalinya dari Jawa, beliau mengajak ulama-ulama terkemuka , di antaranya Tuhubahanul untuk membantu dakwah di seluruh Maluku.
Baca Juga: Lengkap! Kunci jawaban Soal Pilihan Ganda PAI SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka Bab 2
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR