Nakita.id - Berikut ini adalah materi pelajaran PAI kelas 10 SMA pada Kurikulum Merdeka yang membahas tentang keteladanan para ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia.
Seperti yang kita tahu, Islam di Indonesia merupakan agama baru, bukan agama peninggalan nenek moyang kita.
Meski begitu, Islam justru mendominasi di Indonesia. Hal ini tentunya karena kesabaran para ulama di Indonesia menyebarkan agama Islam.
Maka dari itu keteladanan para ulama penyebar Islam di Indonesia harus kita ikuti.
Untuk peserta didik, simak selengkapnya di sini.
Banyak tokoh, ulama dan sultan yang berperan aktif dalam penyebaran Islam di wilayahnya masing-masing.
Banyak nilai-nilai keteladanan dari para tokoh penyebar Islam di Indonesia.
Di antara nilai keteladanan tersebut adalah:
Para ulama penyebar Islam di Indonesia hidup secara sederhana dan bersahaja, meskipun hartanya melimpah.
Mereka menyedekahkan semua harta, dengan terlebih dahulu mengambil secukupnya untuk kebutuhan pokok.
Berkat kesederhanaan para ulama penyebar Islam di Indonesia, perjuangan dakwah menunjukkan hasil luar biasa.
Baca Juga: Ringkasan Materi Tokoh Penyebar Ajaran Islam di Indonesia dalam PAI Kelas X SMA Kurikulum Merdeka
Banyak rakyat jelata, masyarakat miskin, orang awam dengan suka rela memeluk agama Islam. Akhlak para ulama ini patut dicontoh oleh semua kaum muslimin.
Apalagi, saat ini gaya hidup modern, hedonisme, dan materialism sangat kuat mempengaruhi masyarakat.
Seperti diketahui bahwa manusia akan selalu digoda oleh hawa nafsu untuk menguasai dunia. Ibarat minum air laut, semakin diminum akan semakin haus.
Menuruti keinginan hawa nafsu duniawi tidak akan ada selesainya.
Hari ini memiliki emas, esok ingin merengkuh berlian.
Ketika berlian sudah dimiliki, kepuasan hanya sekejap saja, karena akan terus merasa kurang.
Memiliki gadget bagus, tapi merasa kurang karena melihat gadget orang lain lebih bagus, demikian seterusnya.
Sungguh tak akan ada yang mampu menghentikan keinginan tak berujung ini, kecuali kematian.
Saat itulah, semua ambisi duniawi sirna seketika.
Ia meninggalkan dunia ini dengan membawa beberapa lembar kain kafan saja.
Rumah, emas, berlian, jabatan, keluarga dan semua isi dunia ini ditinggalkan begitu saja. Padahal selama hidup di dunia, ia mati-matian untuk meraihnya.
Baca Juga: Ringkasan Materi Perkembangan Kesultanan di Indonesia, PAI Kelas X SMA Kurikulum Merdeka
Untuk meraih keberhasilan dalam menyebarkan Islam di Indonesia diperlukan kegigihan dan tekad kuat.
Ulama penyebar Islam di Indonesia telah menunjukkan sikap bersemangat pantang menyerah, gigih dalam memperjuangan ajaran Islam.
Tak dapat dipungkiri, untuk meraih suatu cita-cita dibutuhkan pengorbanan dan perjuangan panjang.
Hambatan dan tantangan bukan untuk ditakuti, tapi diselesaikan dengan cara yang tepat.
Kegigihan dalam berjuang harus diikuti dengan sifat optimis dan tawakal kepada Allah SWT.
Semua keberhasilan merupakan karunia Allah SWT yang harus disyukuri, sedangkan kegagalan harus diatasi dengan tawakal kepada-Nya.
Semua kesulitan dakwah pasti ada jalan keluarnya.
Allah SWT akan membimbing hamba-Nya yang bersungguh-sungguh berjalan di atas kebenaran.
Menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat yang sudah beragama bukanlah persoalan mudah.
Adat dan budaya lokal sudah mentradisi begitu kental di masyarakat.
Para ulama melakukan penyesuaian ajaran Islam dengan tradisi lokal tersebut, tanpa menghilangkan adat yang sudah berlaku di masyarakat.
Hal ini hanya bisa dilakukan oleh ulama dengan penguasaan ilmu agama yang mumpuni, luas dan mendalam. Semua itu diperoleh karena ketekunan belajar ilmu agama kepada ahlinya.
Mereka berguru kepada para ulama yang jalur keilmuannya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW
Belajarnya juga tidak instan, namun terprogram melalui tahapan-tahapan yang jelas. Dari ilmu-ilmu dasar hingga mencapai ilmu yang tinggi.
Ditempuh dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini penting untuk ditiru oleh seseorang yang ingin belajar ilmu agama.
Para ulama sangat produktif berkarya lewat ilmu pengetahuan dan amal saleh.
Banyak kitab dan tulisan karya mereka yang terus menerus dipelajari oleh santri hingga saat ini.
Karya-karya tersebut merupakan wujud kepedulian para ulama dalam menyelamatkan generasi penerus agar terjaga akidahnya dari pengaruh ajaran sesat.
Para ulama berusaha meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mendokumentasikan pemikirannya melalui sebuah kitab.
Hal ini merupakan bentuk amal jariyah yang akan terus dikenang sepanjang hayat oleh generasi setelahnya.
Nilai manfaat dari karya tersebut dapat diperoleh dengan cara membaca dan mempelajarinya, sehingga menambah wawasan dan khazanah keagamaan.
Dalam hal ini, budaya literasi yang dipraktikkan oleh para ulama harus dijadikan inspirasi oleh umat Islam.
Membaca dan menulis merupakan dua aktivitas dasar dalam menerapkan budaya literasi.
Di era revolusi industri 4.0 saat ini, literasi di bidang teknologi harus terus menerus digelorakan.
Hal ini dikarenakan kreativitas dan inovasi teknologi modern sangat penting untuk menopang keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ujian dan cobaan yang dialami oleh para ulama penyebar Islam di Indonesia berhasil dilalui dengan kesabaran.
Salah satu hikmah adanya ujian tersebut adalah dapat diketahui tingkat keimanan seseorang.
Allah SWT hendak menguji siapakah di antara hamba-Nya yang terbaik amal-amalnya.
Seorang pendakwah harus memiliki tingkat kesabaran tinggi karena menghadapi umat yang memiliki keragaman budaya, etnis, tingkat pendidikan, dan kepribadian.
Seseorang akan diuji oleh Allah SWT sesuai dengan tingkat keimanannya.
Semakin tinggi keimanan, maka semakin berat ujian dari Allah SWT.
Keimanan dan kesabaran adalah dua sisi yang menyatu, tidak dapat dipisahkan satu sama lain, diibaratkan seperti kepala dan badan.
Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian para wali dan seterusnya sampai pada derajat orang awam.
Baca Juga: Ulasan Lengkap Pembahasan Kunci Jawban Soal Esai Halaman 119, PAI SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka
Islam secara tegas menyatakan tidak ada paksaan dalam beragama. Semua orang dipersilakan memilih agama dan kepercayaan masing-masing.
Umat beragama saling menghargai dan menghormati perbedaan agama, suku, ras, dan golongan. Tidak merendahkan dan meremehkan agama dan kepercayaan orang lain.
Adanya sifat merasa paling hebat merupakan sumber kericuhan dalam kehidupan beragama.
Para ulama penyebar agama Islam di Indonesia sangat toleran terdapat budaya lokal.
Masyarakat pribumi yang memeluk agama Islam tetap diperbolehkan melakukan tradisi-tradisi lokal yang sudah diselaraskan dengan ajaran Islam.
Dengan demikian, tidak ditemukan adanya benturan antara ajaran Islam dengan budaya lokal.
Justru sebaliknya, antara ajaran Islam dengan budaya lokal mampu berjalan beriringan. Sikap toleran akan menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia harus mampu menjalin hubungan yang harmonis antar sesama warga.
Sifat saling menghargai perbedaan dapat ditumbuhkan dengan saling mengenal antar umat beragama, ras, suku, dan golongan.
Islam merupakan agama yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang dan toleransi. Dakwah Islam juga harus dilakukan secara damai dan bermartabat. Bukan hanya hasilnya, dakwah Islam juga sangat memperhatikan prosesnya.
Proses dakwah harus dilakukan dengan mengedepankan dakwah secara damai, bukan dengan kekerasan dan memaksakan kehendak. Para ulama penyebar Islam di Indonesia menyampaikan ajaran Islam dengan penuh hikmah dan bijaksana.
Baca Juga: Lengkap! Kunci jawaban Soal Pilihan Ganda PAI SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka Bab 2
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR