Nakita.id - Kerokan menjadi andalan ketika seseorang mengalami masuk angin.
Banyak yang percaya dan bahkan banyak yang membuktikan manfaat kerokan untuk menyembuhkan masuk angin.
Namun, benarkah kerokan dapat menyembuhkan masuk angin?
Mengutip situs web Kementerian Kesehatan, kerokan dapat mengurangi gejala masuk angin lebih cepat, seperti meredakan pegal-pegal atau sakit otot.
Biasanya, kerokan dapat meringankan gejala pilek, demam, atau masalah pada paru hingga sembuh lebih cepat.
Meski begitu, ada beberapa bahaya yang bisa saja muncul sebagai efek samping kerokan.
Memar dan bengkak
Pecahnya pembuluh kapiler di bawah kulit dapat menyebabkan munculnya memar dan bengkak di area yang dikerok.
Ini bisa membuat kulit terlihat tidak sedap dipandang dan mungkin bisa terasa tidak nyaman.
Perdarahan
Jika tekanan terlalu kuat, pembuluh darah kapiler yang pecah bisa menyebabkan perdarahan yang lebih signifikan.
Baca Juga: Foto Bayi Kerokan Viral di Media Sosial, Ternyata Begini Penjelasannya dari Sisi Medis
Ini dapat mengakibatkan bercak darah di bawah kulit yang lebih besar atau perdarahan yang lebih dalam.
Risiko Infeksi
Terdapat risiko bahwa kerokan dapat membuka luka kecil pada kulit.
Bisa jadi, nantinya akan dapat menyediakan jalur masuk bagi bakteri atau kuman.
Jika alat yang digunakan tidak steril atau jika praktik ini dilakukan pada kulit yang tidak bersih.
Hal ini bisa memicu terjadinya risiko infeksi bisa meningkat.
Nyeri dan Ketidaknyamanan
Beberapa orang mungkin merasa sakit atau tidak nyaman saat menjalani prosedur kerokan, terutama jika tekanan yang diterapkan terlalu kuat.
Tingkat nyeri dapat bervariasi dari individu ke individu.
Untuk itu, ada beberapa cara yang lebih aman untuk mencegah masuk angin.
Menjaga daya tubuh adalah faktor penting untuk mencegah terjadinya masuk angin, terutama saat perubahan musim seperti pancaroba.
Baca Juga: Siapa Bilang Cara Mengatasi Masuk Angin Cuma Kerokan? Ini 7 Tips Alami untuk Menyembuhkannya
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR