Format semacam ini tetap dipertahankan selama 60 tahun, termasuk pada penerbitan ulang edisi pertama ini.
#3: Majalah edisi pertama ini termasuk langka
Edisi pertama Majalah Intisari bisa dibilang edisi yang langka, karena saat diterbitkan dan dicetak 10.000 eksemplar, ternyata semua habis terjual.
Masih banyak pembaca yang tidak mendapat edisi pertama ini lantaran sudah tidak ada di pasaran.
#4: Majalah ini menjadi saksi hiperinflasi ekonomi saat itu
Edisi pertama Majalah Intisari dijual seharga Rp60 untuk Jakarta dan Rp65 untuk di luar Jakarta.
Namun harus diingat, harga ini adalah dalam “uang lama” sebelum diredenominasi tahun 1965. Harga jual Intisari sebesar Rp60 dalam “uang baru” sudah tercapai lagi pada 1968.
#5: Ada artikel Perang Dunia II yang ditulis pakarnya
Salah satu artikel menarik di majalah ini adalah “Pemboman Kota Dresden” yang ditulis Auwjong Peng Koen atau PK Ojong.
Penulis andal dan salah satu perintis Majalah Intisari ini kemudian juga dikenal sebagai salah satu penulis sejarah perang yang ternama di Indonesia.
#6: Salah satu penulis artikelnya akhirnya menjadi menteri pendidikan
Baca Juga: HUT Majalah Bobo Ke-50, Setengah Abad Menemani Masa Kecil Anak Berbagai Generasi
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR