Namun, pendekatan ini juga dapat mengabaikan isyarat lapar dan kenyang yang alami dari anak dan berpotensi menciptakan hubungan yang negatif terhadap makanan.
"Responsive Feeding" adalah pendekatan yang lebih sensitif terhadap isyarat lapar dan kenyang yang diberikan oleh anak.
Pendekatan ini menghargai peran anak dalam mengatur asupan makanan mereka sendiri.
Orangtua atau pengasuh cenderung mengamati dan mendengarkan isyarat anak terkait makanan, seperti ekspresi wajah, perilaku makan, dan kapan mereka menolak makan.
Dengan "Responsive Feeding," anak diberi kebebasan untuk mengontrol seberapa banyak mereka ingin makan.
Orangtua atau pengasuh tetap berperan sebagai fasilitator yang menawarkan beragam makanan sehat, tetapi memberikan kontrol kepada anak untuk memilih seberapa banyak mereka ingin makan berdasarkan nafsu makan mereka.
Pendekatan ini memiliki beberapa manfaat, seperti membantu anak mengembangkan hubungan positif dengan makanan, menghormati isyarat alami tubuh anak terkait makanan, dan mengurangi tekanan atau stres terkait makanan.
"Responsive Feeding" juga membantu anak belajar mengenali rasa lapar dan kenyang, yang pada gilirannya dapat mendukung pengaturan asupan makanan yang sehat saat mereka tumbuh.
Dengan memberikan perhatian lebih lanjut kepada beberapa poin kunci terkait "Responsive Feeding":
1. Menjaga Koneksi Emosional
2. Menghormati Preferensi Anak
Baca Juga: Bolehkah Bayi Makan Buah Naga? Ini Penjelasannya yang Perlu Diperhatikan Moms
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR