Pada trimester kedua, biasanya dilakukan pemeriksaan lebih komprehensif, seperti ultrasound untuk menilai perkembangan organ janin, kelainan bawaan, serta jenis kelamin janin.
Pemeriksaan ini juga akan membantu menilai posisi plasenta dan jumlah cairan ketuban.
4. Pemeriksaan Bulanan Berlanjut (Usia Kehamilan 29-36 Minggu)
Pemeriksaan bulanan akan terus dilakukan untuk memantau pertumbuhan janin, perkembangan organ, dan kondisi kesehatan ibu.
Pada saat ini, dokter atau bidan akan mulai membahas rencana persalinan, memberikan edukasi tentang persiapan persalinan, serta memberikan nasihat mengenai gaya hidup dan nutrisi yang tepat.
5. Pemeriksaan Mingguan (Usia Kehamilan 37 Minggu ke Atas)
Setelah usia kehamilan mencapai 37 minggu, pemeriksaan rutin akan dilakukan seminggu sekali.
Tujuan utamanya adalah memantau perkembangan janin, mengawasi tanda-tanda persalinan mendekati, serta memastikan kesiapan ibu untuk melahirkan.
6. Pemeriksaan Mendekati Persalinan (Usia Kehamilan 40 Minggu ke Atas)
Jika kehamilan mencapai usia 40 minggu atau lebih, dokter atau bidan akan mempertimbangkan opsi pemeriksaan lebih intensif, seperti NST (Non-Stress Test) dan ultrasound untuk memantau kesehatan janin dalam rahim.
Jika tidak ada tanda-tanda persalinan, dokter atau bidan mungkin akan memutuskan rencana persalinan, misalnya, memicu persalinan atau menjalani induksi.
Penting untuk dicatat bahwa setiap kehamilan dapat memiliki faktor-faktor unik yang mempengaruhi jadwal pemeriksaan.
Ibu hamil sebaiknya selalu terbuka berbicara dengan tenaga medis mengenai setiap perubahan atau keprihatinan yang mereka miliki.
Pemeriksaan rutin membantu memastikan bahwa perkembangan kehamilan berjalan dengan baik dan masalah kesehatan dapat diidentifikasi dan ditangani sejak dini.
Baca Juga: Syarat Periksa Kehamilan di Bidan Pakai BPJS Kesehatan, Apa Saja?
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR