Nakita.id – Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah hal penting yang perlu dilakukan agar tumbuh kembang anak berjalan optimal.
ASI eksklusif, yaitu memberikan hanya ASI tanpa makanan atau minuman tambahan selama enam bulan pertama kehidupan, memberikan nutrisi lengkap yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Selain manfaat kesehatan fisik, menyusui bayi juga menciptakan ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak.
Kontak kulit dengan kulit selama menyusui memberikan rasa nyaman dan kehangatan pada bayi, serta membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Proses menyusui juga merangsang pelepasan hormon oksitosin yang mendukung ikatan emosional.
Keuntungan ini tidak hanya dirasakan oleh bayi, tetapi juga ibu. Menyusui membantu ibu pulih lebih cepat setelah melahirkan, mengurangi risiko pendarahan, dan membantu mengembalikan berat badan ideal.
Sayangnya, sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan edukasi akan pemberian ASI eksklusif dan praktik menyusui.
Menyadari akan hal tersebut, dr. Margaret Mutiaratirta Sugondo, IBCLC menjadi Srikandi untuk Negeri yang mendedikasikan dirinya sebagai dokter umum konselor laktasi.
“Pengalaman menyusui anak pertama saya sangat minim, saya menemukan kesulitan-kesulitan saat menyusui.
Tetapi, akhirnya saya dapat berhasil menyusui kedua anak,” ujar dr. Margaret Mutiaratirta Sugondo, IBCLC, Dokter Umum Konselor Laktasi RS Pondok Indah – Puri Indah saat diwawancarai secara eksklusif oleh Nakita.id, Selasa (22/8/2023).
Karena pengalaman yang minim itu pula, dr. Margaret mempelajari banyak ilmu menyusui agar bisa membantu para ibu lainnya.
“Menyusui sangat berat jika kita berjuang sendirian.
Oleh karena itu, saya ingin mempelajari lebih banyak lagi mengenai ilmu menyusui yang tidak saya dapatkan saat pendidikan kedokteran agar dapat membantu para ibu sukses menyusui bayi mereka.
Harapannya mereka yang sudah sukses dapat membantu ibu lainnya juga,” ungkap dr. Margaret.
Tekad dr. Margaret pun semakin kuat melihat banyak ibu yang belum menerapkan pemberian ASI eksklusif 6 bulan.
dr. Margaret mengatakan, pencapaian ASI eksklusif 6 bulan masih sangat rendah.
“Belum sesuai target angka ASI eksklusif 6 bulan, masih berada di kisaran 20%, masih banyak yang harus dikerjakan oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan angka keberhasilan menyusui eksklusif,” ujar dr. Margaret.
Penyebabnya sendiri cukup kompleks, namun dr. Margaret melihat kurangnya edukasi menjadi salah satu penyebab utama.
“Hampir 95% ibu mau menyusui bayinya, tetapi hanya 1 dari 3 ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif.
Menurut saya penyebabnya cukup kompleks tetapi kurangnya edukasi dan support system bagi para ibu menyusui menjadi salah satu penyebab utama,” jelas dr. Margaret.
Untuk mengedukasi para ibu soal menyusui, dr. Margaret telah melakukan sejumlah hal.
“Beberapa yang saya lakukan untuk memberikan edukasi untuk ibu menyusui adalah dengan berpraktik menjadi konselor laktasi dan membuat komunitas ibu menyusui bernama Lactans.id,” ujar dr. Margaret.
Baca Juga: Yuk Moms, Minta ke Bidan/Dokter Lakukan IMD karena Ini Pentingnya untuk Mencegah Stunting
Tak ketinggalan, dr. Margaret turut memanfaatkan media sosial sebagai wadahnya melakukan edukasi hingga mengisi berbagai acara.
“Saya juga cukup aktif mengedukasi melalui media sosial, membuat artikel di media, dan menjadi narasumber di beberapa acara terkait menyusui dan laktasi,” imbuhnya.
Berbicara soal menyusui, dr. Margaret menyebut inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai salah satu faktor yang menentukan.
Sayangnya, tak sedikit ibu yang mengalami kesulitan bahkan tidak berhasil dalam melakukannya.
Untuk mencegah hal tersebut, dr. Margaret mengingatkan para Moms untuk memperbanyak edukasi sebelum bayi lahir.
“Edukasi menyusui sebelum bayi lahir sangat penting diberikan, terutama pengetahuan mengenai pentingnya IMD, berdiskusi dan bekerja sama dengan para tenaga kesehatan lain untuk mewujudkan IMD terlaksana se-ideal mungkin,” kata dr. Margaret.
Agar IMD berjalan lancar, Moms bisa berkonsultasi dengan konselor laktasi saat hamil.
“Peran konselor laktasi ada di bagian edukasi laktasi pre-natal.
Sedangkan, untuk IMD sendiri pelaksanaannya akan dilakukan oleh para bidan, dokter spesialis anak, dan dokter spesialis obstetric dan ginekologi,” ujarnya.
“Tidak perlu merasa gagal atau khawatir karena jika IMD tidak memungkinkan dilakukan segera setelah persalinan karena suatu kondisi medis, Moms akan tetap bisa dilakukan skin to skin di ruangan setelah ibu dan bayi stabil.
Semangat selalu ya para ibu menyusui!,” ujar dr. Margaret.
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR