(3) Stigma dalam masyarakat tentang kanker payudara
(4) Keterbatasan jumlah dokter spesialis dan tenaga kesehatan terkait kanker payudara
(5) Sarana dan prasarana yang belum merata baik di faskes tingkat I dan II
(6) Jarak faskes yang cukup jauh, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tidak murah
"Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antar pemangku kepentingan yaitu pemerintah, masyakarat (LSM) dan swasta," tegas Linda.
Dirinya juga berpesan pada perempuan Indonesia untuk senantiasa memperluas informasi tentang skrining dan deteksi dini kanker payudara, sekaligus menjaga kesehatan sejak dini.
Menyadari pentingnya peran perempuan dalam masyarakat di Indonesia, Hanum Yahya selaku Country Head of Public Affairs, Communications & Engagement PT Novartis Indonesia mengatakan bahwa memastikan pasien perempuan mendapatkan informasi yang tepat, edukasi yang cukup, dari sumber yang terpercaya, dan dimotivasi untuk mengambil kendali atas kesejahteraan dan kesehatan mereka, menjadi kunci utama dalam upaya pemberdayaan perempuan.
"Di Novartis, tujuan kami adalah reimagine medicine guna meningkatkan kualitas hidup para pasien. Untuk itu, kami senantiasa bersinergi dengan pemerintah, asosiasi medis, organisasi pasien, dalam meningkatkan kapasitas pasien dan masyarakat seputar penyakit-penyakit yang menjadi keahlian kami," kata Hanum.
"Kami percaya bahwa perempuan memiliki hak untuk menyuarakan kebutuhan mereka sebagai pasien, mendapatkan informasi yang menyeluruh seputar penyakit dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka," lanjutnya.
Selain itu, lanjut Hanum, Novartis juga senantiasa memastikan akses obat-obatan inovatif kami dapat menjangkau lebih banyak pasien di Indonesia, guna memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR