Nakita.id - Anak stunting biasanya ditandai dengan pertumbuhan yang lambat.
Sehingga banyak orang mengira bahwa anak atau bayi yang gemuk terbebas dari stunting.
Tapi anggapan tersebut salah lho, Moms!
Mengutip dari Nakita, Ahli Gizi dari Youvit, Rachel Olsen menjelaskan bahwa anak yang menderita stunting tidak hanya mereka yang bertubuh kurus saja, tapi anak yang terlihat gemuk pun bisa mengalami stunting.
"Kebanyakan dari kita mengira, wah anaknya gemuk, ini berarti sehat. Mereka masih aktif, bisa main tidak seperti orang sakit," ujar Rachel.
"Tapi bisa saja mereka juga mengalami stunting. Justru anak gemuk paling banyak yang kekurangan jumlah vitamin dan mineral," ungkapnya.
Rachel Olsen juga menjelaskan bahwa anak-anak yamg gemuk, akan cenderung obesitas mengonsumsi terlalu banyak kalori dan makanan yang tidak seimbang.
Tak hanya itu, gorengan dan juga makanan cepat saji juga bisa jadi pemicu terjadinya stunting yang gejalanya adalah gemuk.
Makanan manis dan biskuit yang mengandung lemak trans berbahaya juga bisa jadi pemicunya.
Jika hal tersebut terjadi, maka harus segera ditangani.
Akan sangat berbahaya jika hal ini tidak ditangani segera karena masalah kesehatan ini akan mempengaruhi pertumbuhannya hingga dewasa nanti.
Baca Juga: Pengobatan Alami Stunting Sebagai Upaya Meningkatkan Pertumbuhan dan Kualitas Hidup Anak
Anak tersebut berisiko mengalami kesulitan lainnya dalam tumbuh kembangnya.
Bahkan, mereka juga akan mengalami kesulitan belajar karena kemampuan koginitif yang lemah, mudah lelah, tidak seaktif anak-anak seusianya, dan masih banyak lagi.
Agar bisa membuat anak-anak yang gemuk memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, harus dimulai dari kesadaran Moms terlebih dahulu.
Untuk mengatasinya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Mengutip dari Sehatnegeriku, ada beberapa hal yang bisa mencegah stunting dan kegemukan atau obesitas.
Perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik. Gizi seimbang bermakna luas berlaku pada semua kelompok umur.
Penerapan gizi seimbang dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur.
Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang.
“Saat ini memang kita berfokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi,” ucap Dr. Dhian.
Dalam intervensi spesifik ada 6 intervensi yang kita lakukan yaitu pertama promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA), kedua promosi dan konseling menyusui, ketiga pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, keempat pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A, kelima penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan, keenam tatalaksana gizi buruk.
Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Prof Dr. Hardiansyah mengatakan untuk bisa mencegah secara dini baik itu stunting maupun obesitas perlu memahami bahwa kedua masalah tersebut harus segera dicegah.
Baca Juga: Selain Nutrisi, Pola Asuh Orang Tua yang Salah juga Bisa Menyebabkan Stunting
Dalam hal ini ibu memiliki peran penting dalam menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir.
Ia menyebut ada pangan yang terbukti mencegah stunting saat ibu hamil yaitu susu, telur, ikan, pangan hewani, dan lauk-pauk.
Kemudian pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI eksklusif, susu pertumbuhan, telur, ikan, pangan hewani, lauk pauk, dan berbagai MPASI diperkaya gizi.
“Berikan ASI dan MP ASI yang cukup dengan baik, ASI eksklusif sampai 6 bulan, lanjutkan pemberian ASI 6 sampai 23 bulan.
"Berikan MPASI yang cukup dan baik pada usia 6 sampai 23 bulan.
"Jaga kesehatan bayi dan anak melalui imunisasi, kebersihan, stimulasi, kebiasaan baik makan sayur, buah, lauk pauk, dan protein tinggi," tuturnya.
Untuk obesitas, pahami penyebab obesitas atau kegemukan.
Obesitas bukan hanya disebabkan karena kurang aktivitas fisik dan makanan, tapi banyak penyebabnya.
Selain itu, jika pada rang dewasa atau remaja obesitas bisa bisa karena stres yang menimbulkan inflamasi.
Inflamasi menimbulkan penumpukan lemak.
Selain itu kurang tidur atau kelebihan tidur yang meningkatkan hormon ghrelin jadi pembawaannya lapar.
Baca Juga: Mengapa Bisa Terjadi Stunting dan Bagaimana Dampaknya pada Anak?
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR