"Perempuan yang mau menikah itu juga masih diatas 20 persen setahun di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan, mereka yang setelah menikah dan mau hamil ini mencapai 80 persen setahun," ungkap dr. Hasto.
"Ini cukup berkontribusi besar terhadap kejadian stunting. Baik pada bayi, baduta, pun balita," ujar dr. Hasto.
Maka dari itulah, dr. Hasto sangat menekankan pada para catin untuk mengetahu status kesehatan reproduksinya sebelum menikah.
Hal ini bertujuan untuk mencegah nasib keturunannya setelah lahir, sehingga bisa tumbuh sehat dan optimal sesuai yang diharapkan.
Sebagai informasi, untuk pemeriksaan kesehatan reproduksi bisa dilakukan di bidan, puskesmas, ataupun klinik terdekat.
Biasanya, pemeriksaan darah (Hb/hemoglobin) yang umum dilakukan pada catin perempuan.
Kemudian, untuk biaya pemeriksaan darah ditanggung oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan kebijakan masing-masing pemerintah daerah.
Namun apabila tidak ditanggung BPJS, dr. Hasto menekankan bahwa biaya pemeriksaan darah tidak terlalu mahal.
"Perlu saya tekankan di sini, periksa Hb itu kan murah sekali.
Tidak sampai yang mahal-mahal banget di kisaran Rp 30.000 - Rp 50.000," sebutnya.
Baca Juga: Pentingnya Mengenal Kesehatan Reproduksi Sejak Remaja, Kapan Mulai Dikenalkan?
Kulkas Side by Side New Belleza 4 Pintu dari Polytron, Dirancang Khusus untuk Dukung Tren Gaya Hidup Modern
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR