Nakita.id - Berikut ini adalah jejak dan langkah Syekh Nuruddin Muhammad yang dimuat dalam buku PAI Kelas XI kurikulum merdeka.
Meneladani ulama Islam adalah upaya untuk memahami, mengikuti, dan menerapkan nilai-nilai, ajaran, serta perilaku yang terkandung dalam ajaran Islam.
Ulama Islam merupakan pemimpin rohani, cendekiawan agama, dan penafsir kitab suci Alquran, yang memiliki pemahaman mendalam tentang Islam.
Mereka mempraktikkan akhlak mulia, ketekunan dalam ibadah, dan pelayanan kepada masyarakat.
Meneladani ulama Islam berarti mengambil inspirasi dari dedikasi dan integritas mereka, serta berusaha menerapkan nilai-nilai kebaikan, ilmu pengetahuan, dan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu ulama Islam yang dapat diteladani dalah Nuruddin bin Ali ar-Raniri.
Nama lengkap beliau adalah Syekh Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Hamir ar-Raniri al Quraisyi.
Syekh Nuruddin memiliki darah keturunan suku Quraisy yang juga menurunkan Nabi Muhammad SAW.
Sayah Syekh Nuruddin adalah seorang pedagang dari Tanah Arab.
Syekh Nuruddin merupakan ulama penasihat Kesultanan Aceh di masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani.
Syekh Nuruddin dilahirkan pada abad ke-16 di kota Ranir, Gujarat, India.
Syekh Nurddin datang ke Aceh pada tahun 1637 M, kemudian menjadi penasihat kesultanan Aceh di tahun 1644 M.
Beliau meninggal dunia pada 21 September 1658 M.
Syekh Nuruddin mula-mula mempelajari bahasa Melayu di Aceh.
Beliau lalu memperdalam pengetahuan agama saat beribadah haji ke Makkah.
Sepulang dari Makkah, didapati bahwa pengaruh Syamsuddin as-Sumatrani sangat besar di Aceh.
Karena tidak cocok dengan aliran wujudiyah (salah satu aliran tasawuf), Syekh Nuruddin pindah ke Semenanjung Malaka untuk memperdalam ilmu agama dan bahasa Melayu.
Ada banyak teladan yang bisa diambil dari kehidupan Syekh Nurrudin.
Pengetahuan Syekh Nuruddin tidak hanya berbatas pada satu cabang ilmu saja.
Dia mengetahui berbagai pengetahuan dari bidang sejarah, politik, sastra, filsafat hingga fikih.
Beliau adalah negarawan, ahli fikih, teolog, sufi, sejarawan dan sastrawan penting dalam sejarah Melayu pada abad ke-17.
Peranan Syekh Nuruddin dalam perkembangan Islam di Nusantara tidak dapat diabaikan.
Dia berperan membawa tradisi besar Islam sembari mengurangi masuknya tradisi lokal ke dalam tradisi yang dibawanya.
Tanpa mengabaikan peran ulama lain yang lebih dulu menyebarkan Islam di wilayah ini, beliau berupaya menghubungkan satu mata rantai tradisi Islam di Timur Tengah dengan tradisi Islam Nusantara.
Bahkan, Syekh Nuruddin merupakan ulama pertama yang membedakan penafsiran doktrin dan praktik sufi yang salah dan benar.
Saat baru tiba di Aceh, di wilayah tersebut telah berkembang luas paham wujudiyah.
Paham ini dianut dan dikembangkan oleh Syekh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani.
Pada tahun 1637 M, beliau kembali ke Aceh dan tinggal selama tujuh tahun.
Saat itu Syekh Syamsuddin as-Sumatrani telah meninggal.
Berkat keluasan pengetahuannya, Sultan Iskandar Tani (1636 M-1641 M) mempercayainya untuk mengisi jabatan yang ditinggalkan oleh Syamsuddin.
Syekah Nuruddin menjabat sebagai Kadi Malik al-Adil, Mufti Besar, ditambah jabatan sebagai Syekh di Masjid Bait al-Rahmān.
Nah, itu tadi adalah riwayat hidup dan tauladan dari Syekh Nuruddin.
Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Meneladani Jejak Ulama dan Umat Islam di Indonesia Mata Pelajaran PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR