Nakita.id - Penjelasan mengenai meningkatkan iman dengan zuhud dalam buku PAI kelas XI kurikulum merdeka.
Zuhud memiliki arti yang sedikit, dan tidak tertarik pada sesuatu dan meninggalkannya.
Zuhud memiliki arti meninggalkan dari kesenangan dunia untuk mementingkan ibadah.
Orang yang melakukan zuhud disebut dengan zahid.
Zuhud diartikan sebagai meninggalkan dunia dan menganggap dunia adalah hal hina.
Meski demikian, perilaku zuhud berarti tidak memperhatikan urusan duniawi.
Atau bukan berarti perilaku zuhud tidak memiliki harta dan mengasingkan diri dari dunia.
Pada ulama menjelasan makna dari arti zuhud.
Menurut Abu Sulaiman ad-Darani, zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang dapat menyibukkan diri kita sehingga melalaikan Allah.
Dengan kata lain menurut Abu Said bin al-A’rabi dari para gurunya, zuhud adalah mengeluarkan kemuliaan harta dari dalam hati kita.
Maksudnya harta yang dimiliki tidak menjadikan hati ini jauh dan lalai dari Allah.
Baca Juga: Menguatkan Iman dengan Menjaga Malu Mata Pelajaran PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Bahkan ulama lain menambahkan bahwa harta yang kita miliki harusnya dapat menjadi sarana/alat mendekatkan diri kepada Allah.
Raghib al-Ishfahani menjelaskan bahwa zuhud bukan berarti meninggalkan usaha untuk menghasilkan sesuatu.
Seperti yang banyak disalahpahami orang, karena yang seperti itu mengantarkan pada kerusakan alam dan bertentangan dengan takdir dan peraturan Allah.
Menurutnya, orang yang zuhud terhadap dunia adalah orang yang cinta kepada akhirat, sehingga ia menjadikan dunia untuk akhirat.
Yakni menjadikan harta duniawi untuk kebutuhan dan keperluan akhirat.
Sehingga harta yang dimiliki dapat mengantarkan kebahagiaan dan manfaat baginya di akhirat.
Haidar Bagir mengutip Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin diriwayatkan bahwa suatu saat Rasulullah sedang berjalan bersama para sahabat sampai di suatu tempat Rasulullah menunjuk kepada seonggokan benda.
Kemudian Rasulullah bertanya apa itu? Kemudian sahabat menjawab, ”Bangkai anjing ya Rasul.”
Rasul bertanya kembali kepada sahabat, “Bagaimana sikap kalian terhadapnya?” Kami merasa jijik jawab para sahabat.
Maka Rasulullah pun bersabda, ”Begitulah seharusnya sikap seorang mukmin terhadap dunia.”
Anjuran zuhud dalam bertasawuf dilatarbelakangi oleh keyakinan kalangan sufi bahwa manusia cenderung terlalu menikmati hal-hal yang bersifat keduniaan yang mubah.
Baca Juga: Menguatkan Iman dengan Ikhlas Mata Pelajaran PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Sehingga akhirnya dapat menyebabkan manusia terjerumus ke sikap berlebihan sebagaimana penjelasan sebelumnya.
Lebih lanjut Rasul juga menyebutkan salah satu bahaya seseorang yang tidak berlaku zuhud, yaitu dapat dijangkiti penyakit wahn, sebagaimana sabda beliau:
“Dari Tsauban, ia berkata,”Rasulullah saw bersabda: “Hampirhampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk.”
Seorang laki-laki berkata, “Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?” beliau menjawab: “tidak, bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air.
Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian al-wahn.”
Seseorang lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu al-wahn?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan
takut mati.” (H.R. Abu Dāwud)
Dalam Islam, cinta dunia bukan berarti meninggalkan harta duniawi.
Imam Ghazali dalam Kitab Ihya’ ‘Ulumudin menjelaskan bahwa zuhud bukan berarti meninggalkan harta duniawi.
Perilaku zuhud adalah seseorang mampu mendapatkan/menikmati dunia tanpa menjadikan dirinya hina, tanpa menjadikan nama baiknya buruk, tanpa mengalahkan kebutuhan rohani dan tanpa menjadikannya jauh dari Allah.
Baca Juga: Contoh-contoh Sikap Toleransi dalam Buku PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR