Baca juga: Jangan Bersihkan Telinga Bayi dengan Cotton Bud
Manusia, tak terkecuali anak, bisa mendengar aneka macam jenis dan warna suara karena gelombang suara yang masuk ke dalam telinga, lalu masuk ke gendang telinga, merambat ke tulang-tulang pendengaran, hingga akhirnya diterima kohlea dan menimbulkan pergerakan cairan dalam kohlea yang akan merangsang sel-sel rambut bergerak sesuai frekuensi suara yang diterima. Nah, energi gerak sel-sel rambut ini diubah menjadi energi listrik, disalurkan ke otak untuk diinterpretasi jenis bunyinya. Karena proses inilah, kita bisa mendengar aneka jenis dan warna suara.
Akan tetapi, jika yang diterima adalah suara bising, terlebih yang frekuensinya di atas ambang batas toleransi, suara tersebut langsung menyebabkan kohlea capek dan sel-sel rambut rontok, gundul, sehingga terjadilah tuli permanen alias otak tidak bisa lagi menerima laporan-laporan suara yang masuk. Hal tersebut dinamakan Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB) atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Bila gangguannya fatal, bisa saja mengakibatkan ketulian yang permanen dan tidak dapat diobati. Ini dampak negatif secara langsung.
Baca juga: Kapan Janin Sudah Bisa Mendengar?
Sedangkan dampak negatif yang bisa terjadi pada fisik, walau tidak secara langsung, karena terpapar suara bising di luar batas toleransi, anak bisa mengalami gangguan tidur, gangguan pencernaan, hingga gangguan tekanan darah. Sementara gangguan yang bisa terjadi pada psikis, adalah: terganggunya konsentrasi, fokus perhatian, juga tidak menutup kemungkinan anak menjadi cepat marah, temperamental, sering bengong, dan tidak menyukai kegiatan sosial. Hal ini tentu saja dapat mengganggu perkembangan bahasa dan komunikasi, hingga mengganggu proses belajar anak, baik di rumah maupun sekolah.
MEMBUAT KETAGIHAN
Di luar itu, efek yang lebih luas lagi dari suara bising, seperti di arena bermain anak, bisa membuat anak ketagihan. Pasalnya, ketika ia mendengar suara ramai disertai tawa anak lain, biasanya anak akan senang dan penasaran untuk melihat, bahkan terlibat di dalamnya. Jika ia terbiasa dengan suara bising, bisa berlanjut hingga remaja bahkan dewasa.
Baca juga: Anak Terlambat bisa Bicara akibat Gangguan Pendengaran
Jika anak sudah ketagihan seperti itu, tak menutup kemungkinan dia akan suka berlama-lama dan mencoba aneka permainan yang ada di arena games tersebut. Inilah yang menjadi faktor penghantar anak mengalami aneka efek negatif suara bising dari arena bermain, selain dapat membuat sisi finansial orangtua terkuras.
Sayang, mengenai hal ini belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas, sehingga tak sebanding dengan menjamurnya arena permaian anak dalam ruang yang kebisingannya disinyalir sudah di luar batas toleransi. Nah, masihkah kita akan membiarkan si kecil berlama-lama di arena bermain yang bising ini? (*)
Oleh: Gazali Solahuddin, Heni Wiradimadja, Irfan Hasuki
Narasumber:
Dr. Damayanti Soetjipto Sp.THT-KL
Ka Komnas PGPKT
Narasumber:
Ristriarie Kusumaningrum, MPsi.
Psikolog anak dan remaja di Children Eye Care, JEC @kedoya
KOMENTAR