Nakita.id - Moms, kanker paru-paru adalah jenis kanker yang dimulai ketika sel-sel abnormal tumbuh secara tidak terkendali di paru-paru.
Ini merupakan masalah kesehatan serius yang dapat menyebabkan kerusakan parah dan kematian dan menjadi penyebab utama kematian akibat kanker, dengan perkiraan 1,8 juta kematian (18%) pada tahun 2020.
Gejala kanker paru-paru meliputi batuk yang tidak hilang, nyeri dada, dan sesak napas karena itu bila Moms atau anggota keluarga terkena gejala, penting untuk mencari perawatan medis secara dini untuk menghindari dampak kesehatan yang serius.
Pengobatan itu bergantung pada riwayat medis individu dan tahap penyakit.
Kanker paru-paru menjadi jenis kanker dengan tingkat kematian tertinggi di Indonesia. Sebanyak 34.783 individu menerima diagnosis, dan dari jumlah tersebut, 30.483 mengalami kematian.
Jika tidak ada peningkatan dalam diagnosis dan penanganan kanker paru-paru, perkiraan kematian dapat meningkat menjadi 43.900 pada tahun 2030.
Saat ini pemeriksaan molekuler dan Imunohistokimia (IHK) adalah standar diagnosis pasien.
Peran BPJS Kesehatan
Terkait dengan perawatan dan pengobatan, pentingnya mendapatkan akses ke diagnosis, terutama untuk pemeriksaan imunohistokimia dan molekuler yang saat ini tidak tercakup oleh BPJS Kesehatan, menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru, mengurangi tingkat kematian, serta mengurangi beban finansial yang terkait dengan pengobatan kanker.
Dalam upaya memperingati Bulan Peduli Kanker Paru Sedunia, Roche Indonesia bersama dengan RSUP Persahabatan dan CISC menggelar diskusi (28/11) yang menekankan urgensi perawatan tersebut.
“Kanker paru merupakan kanker tertinggi ke-3 di Indonesia, namun memiliki angka kematian tertinggi. Roche berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam melakukan diagnosis dini kanker paru dan membantu dokter dengan keputusan klinis mengenai target terapi kanker untuk manajemen pasien yang lebih baik.
Baca Juga: Gejala Kanker Paru yang Ditandai dengan Berat Badan Turun, Ini Cara Mencegahnya
Kami berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan terkait untuk mendorong akses yang lebih luas terhadap pasien kanker paru, memberikan mereka peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik,” ujar Director, Diagnostics Division, PT Roche Indonesia, Lee Poh-Seng.
“Kami telah secara aktif menerapkan transformasi sistem kesehatan, salah satunya dengan mendorong upaya deteksi dini secara terus-menerus. Selain meningkatkan kualitas hidup pasien, upaya ini juga akan memudahkan identifikasi pengobatan yang tepat, sehingga beban pembiayaan perawatan kesehatan dapat tetap dikendalikan,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Kesadaran pemeriksaaan sejak dini
Dr. Siti Nadia Tarmizi lebih lanjut menyatakan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini sudah mengalami peningkatan. Walaupun begitu, pemahaman terkait pemeriksaan menggunakan metode Imunohistokimia (IHK), terutama pada pasien kanker paru, masih dihadapkan pada berbagai tantangan.
Kolaborasi dan dukungan dari semua pihak yang terlibat diharapkan dapat membuka peluang akses yang lebih luas terhadap uji coba tersebut untuk masyarakat.
Kepala Pelayanan Medik RSUP Persahabatan dr. Erlang Samoedro, SpP(K) mengatakan, “RSUP Persahabatan bekerjasama dengan Roche Indonesia menyediakan pemeriksaan ALK dan PD-L1 dengan metode Imunohistokimia (IHK) secara cuma-cuma, dan saat ini telah melayani 30–50 pemeriksaan dalam sebulan. Tentunya, pemeriksaan tersebut dapat membantu pasien untuk mendapatkan diagnosis yang terstandar sehingga pengobatan pun lebih cepat dan tepat.”
Berdasarkan informasi terkini, 90% dari pasien kanker paru mengunjungi dokter setelah memasuki tahap lanjut, yang mengakibatkan penundaan dalam penanganan kanker dan meningkatkan risiko kematian.
Pentingnya melakukan pemeriksaan molekuler pada kanker paru sangat besar dalam menentukan terapi yang paling efektif. Sesuai dengan pedoman manajemen nasional, pemeriksaan molekuler yang wajib dilakukan mencakup EGFR, ALK, PD-L1, dan ROS-1 untuk KPKBSK (kanker paru bukan sel kecil).
Pakar Onkologi Toraks RSUP Persahabatan dan Direktur Eksekutif Asosiasi Studi Onkologi Toraks Indonesia (IASTO) Prof. dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K) menambahkan “Saat ini, baru pemeriksaan EGFR yang telah dijamin oleh BPJS Kesehatan, namun terbatas pada jenis sel tertentu."
Konferensi pers ini juga dihadiri oleh Koordinator Kanker paru dari Cancer Information & Support Center (CISC) Ibu Megawati Tanto dan Chairman of the Indonesia Health Economic Association (InaHEA) Prof. Dr. Hasbullah Thabrany yang tidak hanya menyoroti pentingnya pemeriksaan menyeluruh untuk diagnosis dan penentuan terapi yang sesuai bagi pasien kanker paru.
Kemudian, meningkatkan ketersediaan pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) di Indonesia juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi beban biaya perawatan dan pengobatan.
Baca Juga: Tanaman Hias Ini Sembuhkan Penyakit Kanker Paru-paru, Tak Percaya?
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR