Nakita.id - Masyarakat dunia kini menyoroti kasus mewabahnya penyakit pneumonia misterius di China.
Pneumonia misterius di China sudah menyerang ribuan anak.
Melansir Kompas TV, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meminta semua jajarannya siaga menyusul laporan dari WHO (World Health Organization) bahwa terjadi kasus peningkatan pneumonia misterius yang menyerang anak-anak tepatnya di China bagian utara.
Pneumonia misterius itu sebenarnya terjadi sejak Mei 2023.
Namun, kemudian pada Oktober 2023 meningkat drastis.
Hingga kini, belum diketahui secara pasti penyebab pneumonia misterius tersebut.
Masyarakat dunia banyak yang khawatir terhadap wabah tersebut mengingat sebelumnya pernah mengalami wabah Covid-19 .
Kementerian Kesehatan meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global.
Perlu peningkatan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus yang dicurigai pneumonia.
Peningkatan pengawasan juga tertuju pada orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.
"Kepada KKP dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di daerah diminta untuk melakukan surveilans ketat dengan memantau peningkatan kasus di wilayah," ucap Maxi Rein Rondonowu selaku Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Baca Juga: Orangtua Harus Waspada, Ini Ciri-ciri Pneumonia Anak Selain Batuk
Berdasarkan laporan epidemiologi, kasus mycoplasma pneumonia meningkat hingga 40 persen.
Mycoplasma merupakan penyebab umum infeksi pernapasan yang sejak sebelum wabah Covid-19 melanda.
Sebenarnya, mycoplasma di kalangan masyarakat umumnya bisa diobati dengan antibiotik dan rawat inap.
Tetapi, pada kasus ini tampak tidak umum.
Melansir Kontan, laporan dari Taiwan telah menunjukkan tingkat resistensi antibiotik yang tinggi terhadap Mycoplasma.
Ini jadi salah satu hal yang diduga jadi penyebab lebih banyak pasien dirawat di rumah sakit.
Penyebab pneumonia yang lain adalah infeksi influenza.
Kasus infeksi influenza memang turun ke tingkat yang sangat rendah selama dua tahun pertama pandemi COVID karena penggunaan masker, jarak fisik, dan langkah-langkah lainnya.
Bagi anak di bawah usia 5 tahun dan lansia, influenza bisa jadi infeksi yang parah.
Penyebab pneumonia ketiga diduga karena infeksi virus sincital pernapasan (RSV).
Virus tersebut bila menyerang anak-anak bisa membuatnya parah.
Baca Juga: Wajib Tahu Perbedaan Gejala Batuk Biasa dan Pneumonia pada Anak, Jangan Disepelekan!
Sebenarnya, kasus RSV hampir menghilang selama 2 tahun pasca pandemi.
Tapi sepertinya virus tersebut mulai tersebar lagi.
Pneumonia juga bisa dikarenakan Adenovirus.
Bagi yang belum paham, Adenovirus bisa menyebabkan berbagai sindrom seperti gastroenteritis dan penyakit yang mirip flu.
Melansir WHO, ada beberapa cara yang bisa orangtua lakukan untuk mencegah pneumonia pada anak.
Penting bagi anak mendapatkan imunisasi yang tepat sesuai jadwal.
Bayi bisa mendapatkan vaksin PCV, Hib, pneumokokus, pertusis, dan sebagainya.
Nutrisi yang lengkap dan seimbang bisa membantu meningkatkan pertahanan alami anak.
Moms bisa memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan.
Moms bisa bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan.
Misalnya dari asap dapur, asap rokok, dan sebagainya.
Baca Juga: Seberapa Penting Imunisasi PCV Bagi Anak? Ini Penjelasannya
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR