Tabloid-Nakita.com - Isu mengenai LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) masih menjadi pembicaraan hangat beberapa bulan belakangan ini. Banyak orang yang menentang, tetapi banyak pula yang bersimpati terhadap kalangan ini. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang jelas mengenai LGBT, sehingga masyarakat lebih banyak menyerap berbagai hal yang bersifat mitos.
Agar tidak meneruskan informasi yang salah, berikut fakta-fakta tentang LGBT yang perlu Mama ketahui:
Baca: 7 Pola Asuh Penyebab Anak Menjadi LGBT
LGBT dapat menular?
Dokter spesialis bedah saraf dari Rumah Sakit Mayapada, Roslan Yusni Hasan, menegaskan, orientasi seksual LGBT tidak menular. "Tentu tidak menular (LGBT). Orientasi seksual dan lainnya itu struktur di otaknya sudah ada," jelas dokter yang biasa disapa Ryu ini, di Kantor LBH, Jakarta, Selasa (9/2/2016) lalu.
Ryu menjelaskan, orang yang menjadi gay setelah sering berkumpul dengan gay itu karena memang sebelumnya sudah ada bakat dalam diri orang tersebut. Lingkungan sosial akhirnya bisa memicu seseorang yang memiliki bakat gay kemudian menjadi gay.
"Kalau punya bakat, lalu kumpul sama homoseksual, ya makin jadi homoseksual. Bakatnya, kan ada. Tapi, yang enggak ada bakatnya ya enggak jadi ikut homoseksual," kata Ryu.
Baca: Mengajari Anak Melindungi Diri dari Pedofilia
Bukan gangguan jiwa
Dalam acuan diagnostik para ahli psikiatri di seluruh dunia, yakni Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) III tahun 1973, homoseksual tidak dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Sementara itu, di Indonesia dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, Edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, tahun 1983 (PPDGJ II) dan (PPDGJ III) 1993, pada point F66 meyebutkan bahwa orientasi seksual (lesbian, gay, biseksual, transeksual) bukan gangguan kejiwaan.
"Di situ jelas tertulis bahwa orientasi seksual tidak termasuk gangguan jiwa atau penyimpangan. Tapi, bisa disebut gangguan jiwa jika bersifat ego distonik atau seseorang merasa terganggu dengan orientasi seksualnya sehingga timbul konflik psikis," kata dr. Andri, SpKJ, dari RS Omni Alam Sutra, ketika dihubungi Kompas.com pada Jumat (29/1/16) lalu.
Bukan kelainan atau penyakit
Ryu mengungkapkan, LGBT bukan suatu kelainan atau penyakit. Dengan begitu, tidak ada yang perlu disembuhkan atau diobati dari seorang LGBT. "LGBT bukan penyakit. Dulu kita melihatnya sebagai kelainan, sekarang variasi kehidupan saja. Dalam biologi, enggak ada yang enggak normal. Semua hanya variasi," katanya.
Ryu menjelaskan, bakat seseorang menjadi lesbian, gay, biseksual, ataupun transjender sebenarnya sudah terbentuk sejak ia menjadi janin di dalam kandungan. Terbentuknya jenis kelamin, jender, dan orientasi seksual merupakan proses yang terpisah, meski saling berkaitan. Hal ini menyebabkan ada orang dengan jenis kelamin laki-laki, tetapi jendernya belum tentu maskulin, dan orientasi seksualnya belum tentu ke perempuan.
Ryu juga mengatakan, seseorang yang berkromosom XX belum tentu berjenis kelamin perempuan, demikian halnya kromosom XY yang belum tentu berjenis kelamin laki-laki. Fakta biologisnya, menurut Ryu, terjadi banyak variasi genetik, baik kromosom hilang maupun berlebihan.
Baca: Waspada, Ini Ciri-ciri Anak Korban Penganiayaan Seksual
Orientasi seksual ditentukan oleh otak
Fakta tentang LGBT yang belum banyak diketahui orang adalah mengenai penyebab adanya orientasi seksual yang berbeda. Ryu menjelaskan bahwa orientasi seksual seseorang ditentukan oleh otak, bukan jenis kelamin.
"Organ seks yang utama adalah otak, bukan alat kelamin. Karena orientasi seksual seseorang dibentuk di otak. Jadi kita sendiri yang membuat apa yang dianggap bisa merangsang libido," katanya.
Pembentukan orientasi seksual ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor perkembangan otak sejak masih menjadi janin. "Misalnya kalau saat hamil ibunya terkena infeksi, sehingga bagian otak tertentu berkembang lebih pesat dibanding bagian lainnya. Akibatnya sifat atau selera dapat berbeda," ujar dokter yang banyak mempelajari kerja otak ini.
Baca: Bahaya Memamerkan Foto dan Informasi Anak di Facebook
Mengapa pria gay bisa punya anak?
Boleh dibilang, ini fakta tentang LGBT yang paling mengundang pertanyaan sebagian besar orang. Apapun alasannya, entah karena ingin menjalani kehidupan yang normal, demi status, atau karena tidak menyadari dirinya gay, banyak pria gay yang menikah dengan wanita normal. Bahkan, bisa mempunyai anak. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Menurut Nathanael Abbotts, aktivis dan penulis isu-isu LGBT, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa pria gay juga memiliki ketertarikan pada wanita yang normal sehingga mampu berhubungan seksual. Satu-satunya yang dibutuhkan pria gay untuk melakukan hubungan seksual dengan wanita hingga ejakulasi (dan kemudian menghasilkan anak) adalah stimulasi fisik. Hanya saja, pada prosesnya kemungkinan besar pria gay tersebut membayangkan pria lain.
Ada beberapa kasus di mana pria yang sudah menikah dengan wanita normal ternyata diam-diam berhubungan seksual dengan pria lain. Mereka membayangkan pria lain tersebut agar dapat berhubungan intim dengan pasangan wanita. Jalan pintas lainnya adalah dengan menonton film porno yang menampilkan pasangan gay untuk menstimulasi dirinya.
Baca: Tanda-tanda Pelaku Pedofilia Saat Mengincar Anak sebagai Korban
Bisakah disembuhkan?
Ryu kembali menegaskan, orientasi seksual seseorang tidak ditentukan oleh jenis kelaminnya, melainkan melalui otaknya. "Sebetulnya orientasi seksual manusia itu omniseksual, artinya kepada apa saja bisa. Semua itu dipengaruhi oleh pertumbuhan otaknya sejak dalam kandungan," katanya.
Oleh karena dipengaruhi oleh otak, menurutnya orientasi seksual seseorang itu tidak bisa diubah, kecuali mengubah bagian tertentu di otaknya.
Andri menambahkan, jarang ada pasien homoseksual yang ingin mengubah orientasi seksualnya. "Memang ada yang berpendapat homoseksual bisa diubah, tapi kalau homoseksual murni tidak bisa. Kalau ada homoseksual yang akhirnya menikah dengan lawan jenis, kemungkinan ia adalah seorang yang biseksual," ujarnya.
Dengan mengetahui fakta-fakta tentang LGBT ini, Mama dapat menjaga seluruh anggota keluarga agar berkembang sesuai gendernya. Bagaimanapun, menjadi hidup sebagai gay tidaklah mudah. Akan ada penolakan-penolakan yang harus dihadapi.
Baca: Tipe Anak yang Mudah Jadi Korban Pedofilia
(Dini/KompasHealth/Quora/Psychology Today)
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
KOMENTAR