Anak-anak yang sulit mengontrol emosi dan impuls sering kali memiliki kesulitan dalam menghindari perilaku agresif.
Mereka mungkin cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap frustrasi atau konflik, dan kurang mampu untuk mengendalikan kemarahan atau kekecewaan mereka dengan cara yang sehat dan produktif.
4. Riwayat Pengalaman Kekerasan
Anak-anak yang telah mengalami atau menyaksikan kekerasan dalam kehidupan mereka, baik di rumah, di sekolah, atau dalam lingkungan mereka, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menjadi pelaku kekerasan.
Paparan terhadap kekerasan dapat memengaruhi perkembangan emosional dan perilaku anak, meningkatkan kemungkinan mereka untuk meniru atau menginternalisasi pola-pola kekerasan.
5. Kurangnya Dukungan Sosial
Kurangnya dukungan sosial dan hubungan yang positif dengan orang dewasa dapat meningkatkan risiko anak untuk melakukan kekerasan.
Anak-anak yang merasa terisolasi, tidak dicintai, atau tidak dihargai mungkin cenderung mencari perhatian atau kekuatan dengan cara yang merugikan diri sendiri atau orang lain.
6. Penggunaan Kekerasan sebagai Solusi Masalah
Anak-anak yang melihat kekerasan sebagai cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah atau mengatasi konflik cenderung menggunakan kekerasan sebagai respons pertama terhadap situasi sulit.
Mereka mungkin percaya bahwa kekerasan adalah cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau mempertahankan kekuasaan dalam hubungan.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR