Nakita.id - Berikut ini adalah berbagai contoh sikap toleransi dalam buku PAI kelas XI Kurikulum Merdeka. Yuk simak!
Islam mengajarkan toleransi atau menghormati umat beragam sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hal ini tercantum dalam Alquran, tepatnya Q.S Yunus 10:40 yang menjelaskan tentang
pendudukan Mekah di masa Rasulullah.
Penduduk Mekah terbagi menjadi dua, yakni orang yang beriman kepada Alquran dan tidak beriman.
“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Alquran), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dalam bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran, yang merupakan batas ukur untuk penambahan atau pengukuran yang masih dibolehkan.
Sifat toleran artinya menghargai, membiarkan atau membolehkan pendirian, pendapat atau kepercayaan yang bertentangan dengan pendirian.
Ada beberapa contoh sikap toleransi yang jelaskan dalam buku PAI kelas XI Kurikulum Merdeka, antara lain:
1. Toleransi internal umat Islam
Diceritakan bahwa Abi Mas'ud al-Anshari mengeluh kepada Nabi Muhammad SAW mengenai dipimpin oleh imam salat dengan bacaan panjang.
Mendengar hal itu, nabi Muhammad SAW pun memberikan peringatan dan bersabda.
“Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka barangsiapa salat mengimami orang-orang ringankanlah (tidak melamakan) salatnya. Karena di antara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan.” (H.R. Al-Bukhāri).
Baca Juga: Meneladani Ulama Islam yang Mendunia, Hamzah Al-Fansuri Buku PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Hadist tersebut menurut Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani bercerita tentang sahabat yang menjadi imam dan memanjangkan salatnya.
Kemudian ada satu sahabat yang melaporkan kejadian tersebut kepada nabi, kemudian muncul teguran tersebut.
Kemudian nabi Muhammad SAW memberikan panduan bagi sahabat yang akan menjadi imam, bahwa hendaknya para imam meringankan salat (tidak memanjangkan alat).
Ini karena kondisi para makmum berbeda-beda, ada yang lemah, seperti orang yang telah tua, sedang sakit, mempunyai kondisi fisik yang berbeda dari orang pada umumnya, ataupun orang yang sedang mempunyai hajat/kebutuhan lain.
Marahnya Rasulullah bukan karena haramnya memanjangkan salat tapi karena kondisi makmum yang berbeda-beda.
2. Toleransi Antar Umat Beragama
Adapun tuntunan agama tentang toleransi antarumat beragama dapat ditemukan Q.S. al-Mumtahanah ayat 8 berikut ini.
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. al-Mumtahanah/60: 8).
Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menegaskan tidak melarang berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang berbeda agama yang tidak memerangi dan tidak mengusir dari tempat tinggal.
Melalui ayat ini, Allah Swt. ingin menghilangkan keraguan umat muslim dalam kaitannya hubungan mereka dengan orang kafir yang tidak memerangi dalam hal agama dan mengusir umat muslim dari tempat tinggal mereka. Dengan demikian, dalam hubungan sosial seorang muslim juga dapat menjalin hubungan baik dengan orang nonmuslim.
Dalam ayat ini mengajarkan agar umat muslim dapat berbuat baik dan memberikan keadilan kepada mereka. Inilah tuntunan yang diajarkan Alquran dalam kaitannya membangun toleransi, saling menghargai antarumat beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR