Nakita.id – Mata pelajaran IPA kelas X SMA Kurikulum Merdeka edisi revisi masih berada di bab 7.
Seperti diketahui, pada bab 7 ini, materi yang kita pelajari adalah mengenai potensi geotermal Indonesia.
Saat ini, kita tengah membahas subbab tentang gejala-gejala perubahan iklim.
Gejala yang akan dipelajari sekarang adalah pencairan luasan es permukaan bumi dan kenaikan permukaan air laut.
Berikut ini pembahasan selengkapnya.
Mungkin kalian menganggap bahwa kutub bumi dan pegunungan es jauh dari Indonesia dan tidak memiliki pengaruh terhadap Indonesia.
Memang bagi masyarakat yang hidup di sekitar kutub dan pegunungan es mengalami dampak secara langsung, seperti banjir dan longsor di pegunungan es serta kurangnya kebutuhan air bersih di sekitar gletser.
Tetapi, bagi masyarakat yang tinggal di Indonesia, dampaknya tidak dirasakan secara langsung.
Banyak ancaman yang membayangi masyarakat Indonesia akibat pencairan es di kutub dan pegunungan es, misalnya tenggelamnya pulau-pulau kecil dan banjir rob.
Mengapa dikatakan pengurangan luasan es permukaan bumi?
Dalam buku Ilmu Pengetahuan Alam kelas X SMA Kurikulum Merdeka edisi revisi, dijelaskan bahwa bumi memiliki tempat-tempat yang terdapat hamparan es.
Hamparan es laut dapat ditemukan di Samudra Arktik (bagian kutub utara bumi) dan Antartika (bagian kutub selatan bumi).
Gunung-gunung dengan puncak tinggi juga memiliki hamparan es, seperti pegunungan Himalaya dan Alpen.
Di Indonesia juga memiliki pegunungan Jayawijaya, Papua, yang merupakan satu-satunya tempat di wilayah Indonesia yang diselimuti lapisan salju.
Parameter luasan es diukur dengan citra satelit dan diolah datanya sedemikian rupa.
Hasil citra dari luar angkasa menunjukkan hamparan es bumi tampak berwarna putih cerah.
Warna putih mampu memantulkan gelombang atau panas dengan baik, hamparan putih es tersebut bermanfaat untuk memantulkan kembali panas berlebih menuju ke luar angkasa.
Dengan sistem seperti itu, hamparan es turut berperan penting untuk menjaga suhu bumi agar konstan.
Oleh karena itu, berkurangnya hamparan es bumi dapat memperburuk kondisi peningkatan suhu permukaan bumi.
Luasan hamparan es atau gletser merupakan objek yang paling rentan terhadap perubahan suhu permukaan bumi.
Pengaruh perubahan suhu bumi dapat dilihat secara langsung pada kasus pencairan gletser es pegunungan dan daratan es kutub.
Contoh kasus pencairan gletser terjadi di pegunungan Jayawijaya, Papua.
Baca Juga: Mengenal Perubahan Iklim dan Gejalanya, Materi Bab 8 IPA Kelas X SMA Kurikulum Merdeka Edisi Revisi
Berdasarkan laporan BMKG pada tahun 2023, hamparan es seluas 200 kilometer persegi, kini hanya tersisa satu persennya saja.
Jika kondisi ini terus berlanjut, gletser es dikhawatirkan hilang dalam jangka waktu tiga tahun ke depan.
Berikut ini merupakan contoh kasus penurunan luasan hamparan es yang terjadi pada es Laut Arktik.
Berdasarkan data observasi satelit yang dihimpun NASA seperti ditunjukkan pada Gambar 8.4, es Laut Arktik mengalami laju penyusutan sebesar 12,2% per dekade pada musim panas, karena suhu lingkungan yang lebih hangat.
Gambar 8.5 adalah perbandingan foto hasil citra satelit dalam periode lima tahunan.
Luasan Arktik yang diberi warna putih merupakan luasan awal pengamatan pertama NASA menggunakan satelit pada tahun 1978.
Luasan Arktik yang diberi warna biru muda merupakan penyusutan luasan Arktik tahun 1985, 1990, 1995, 2000, 2005, 2010, dan 2016.
Pada gambar paling kanan juga tampak batasan daratan es rata-rata (garis oranye) antara periode 1981–2010, telah menyusut begitu signiikan pada Desember 2013.
Diketahui bahwa terjadi pengurangan luasan daratan es akibat peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi.
Baca Juga: Kunci Jawaban Soal Ayo Cek Pemahaman Halaman 226, IPA Kelas X SMA Kurikulum Merdeka Edisi Revisi
Lalu, bagaimana dengan kenaikan permukaan air laut?
Parameter kenaikan muka air laut adalah ketinggian permukaan air laut. Alat ukur peningkatan permukaan air laut dipasang di pelampung dan kapal, satelit, dan lain-lain.
Salah satu contoh kenaikan permukaan air laut terukur di Semarang.
Berdasarkan studi kasus berdasarkan data Satelit Altimetri Jason-1 pada tahun pengamatan 2009 hingga 2011, permukaan air laut Kota Semarang mengalami laju peningkatan sebesar 12,83 mm per tahun.
Hal ini diperburuk dengan terjadinya laju penurunan permukaan tanah pada kisaran 8 hingga 13 cm per tahun.
Menurut data yang dirilis di climate.nasa.gov, kenaikan permukaan air laut secara global meningkat sebesar 97 mm dengan rata-rata 3,3 mm per tahun.
Dampak peningkatan ketinggian permukaan air laut ini akan sangat dirasakan bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir laut.
Bencana banjir rob dan kenaikan permukaan air yang lebih tinggi saat pasang akan sering terjadi.
Nah, itu dia penjelasan mengenai pencairan luasan es permukaan bumi dan kenaikan permukaan air laut, materi bab 7 IPA kelas X SMA Kurikulum Merdeka.
Semoga bermanfaat! (*)
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR