Nakita.id - Organ-organ di dalam tubuh dapat berfungsi secara optimal karena sirkulasi darah yang baik.
Proses alami tersebut, tak lepas dari peran pembuluh darah utama dan terbesar dari sistem peredarah, yakni aorta.
Namun, pembuluh darah ini tak lepas dari gangguan kesehatan yang dapat meluluhlantahkan tubuh hingga menyebabkan kematian.
Konsultan Intervensi Kardiovaskular Heartology Hospital, dr Suko Adiarto, Sp.JP(K), PhD, jenis gangguan aorta yang paling sering terjadi adalah aneurisma atau pembesaran pembuluh darah.
Risiko kematian dapat terjadi dalam hitungan hari, karena pembesaran aorta dapat pecah kapan saja.
"Pembesaran aorta paling sering terjadi di bagian perut dan dada. Saat dinding tebal dalam aorta tak lagi mampu mempertahankan bentuk aorta, maka lama kelamaan akan melemah dan tak dapat menahan tekanan darah di dalam," katanya dalam temu media, Kamis (2/5/2024).
"Akibatnya, dinding aorta bisa pecah hingga menyebabkan pendarahan yang berujung pada kondisi kritis hingga kematian," sambungnya.
Lebih lanjut, dokter Suko menjelaskan setipe dengan penyakit kronis lainnya, gangguan pembuluh darah ini tidak memiliki penyebab pasti.
Akan tetapi, terdapat sejumlah faktor risiko terjadinya penyakit ini, salah satunya jenis kelamin.
Ia mengatakan, dibandingkan dengan perempuan, orang berjenis kelamin laki-laki lebih rentan terkena penyakit ini.
Alasannya tak lain adalah pengaruh dari hormon estrogen yang dimiliki perempuan, sementara tidak ada pada laki-laki.
Baca Juga: Mengerikan, 4 Kebiasaan Santai Ini Berbahaya untuk Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
"Perempuan punya hormon yang namanya estrogen. Hormon estrogen itu sifatnya protektif terhadap pembuluh darah, koroner ataupun aorta," ucapnya.
Ia melanjutkan, "Pada usia produktif, perempuan biasanya lebih rendah (risiko) terkena penyakit jantung, aorta. Tapi ketika menopause, angkanya menjadi sama karena hormon estrogen tidak diproduksi lagi."
Selain jenis kelamin, faktor risiko aneurisma aorta yakni usia yang semakin lanjut dan sindrom marfan, sebuah kelainan genetik.
Karena pembuluh darah ini memiliki banyak cabang yang mengarah ke seluruh organ tubuh, maka gejala yang ditimbulkan bevariasi, tergantung area yang suplai darahnya tergannggu.
Ketika pembesaran tidak segera ditangani dan menimbulkan sobekan, maka gejala yang paling sering muncul yaitu nyeri dada, nyeri punggung, dan sesak napas.
Kalau penyakit ini sudah terjadi, terdapat beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan.
Konsumsi obat-obatan termasuk di antaranya, tapi ini hanya untuk mengendalikan faktor risikonya.
Sementara untuk mengurangi keluhan, dapat dilakukan pengobatan lebih lanjut yakni TEVAR (Thoracic Endovascular Aortic Repair) dengan menempatkan alat melalui lubang kecil di pangkal paha.
Ada pula EVAR (Endovascular Aneurysm Repair) yang dilakukan di perut. Kedua metode ini, termasuk tindakan minim sayatan sehingga tidak perlu bedah terbuka.
"Penggunaan teknologi medis terbaru sangat penting untuk memberikan pengobatan maksimal, termasuk tindakan EVAR dan TEVAR. Perangkat ini terbuat dari jaring logam berlapis yang akan terbuka di bawah sinar-X." katanya.
"Nantinya, alat tersebut mampu menguatkan aorta agar tetap terbuka dan memperbaiki dinding pembuluh darah yang membentuk kantung aneurisma," pungkasnya. (*)
Baca Juga: Stress dan Kebanyakan Main HP, Pembuluh Darah Mata Tanta Ginting Pecah, Kenali Bahayanya!
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR