Jika bayi sedang mengalami penyakit akut yang disertai demam tinggi (di atas 38°C), vaksinasi biasanya akan ditunda.
Hal ini dikarenakan tubuh bayi sedang melawan infeksi, dan memberikan vaksin pada saat ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan tambahan dan mungkin mengurangi efektivitas vaksin.
Tunggu hingga bayi sembuh sepenuhnya dari penyakit akut sebelum melanjutkan imunisasi. Dokter akan memandu kapan waktu yang tepat untuk melanjutkan jadwal vaksinasi.
3. Gangguan Sistem Imun
Bayi yang memiliki gangguan sistem imun, seperti HIV/AIDS, atau yang sedang menjalani perawatan medis yang melemahkan sistem kekebalan tubuh (misalnya kemoterapi), mungkin tidak boleh menerima vaksin hidup yang dilemahkan.
Vaksin hidup yang dilemahkan, seperti vaksin campak, gondong, dan rubella (MMR), serta vaksin varicella (cacar air), mengandung virus yang dilemahkan namun masih hidup, yang dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan sistem imun yang lemah.
lKonsultasikan dengan dokter tentang alternatif vaksin yang tidak hidup (inactivated) atau jadwal vaksinasi khusus yang sesuai dengan kondisi kesehatan bayi.
Dokter juga akan mempertimbangkan risiko dan manfaat dari setiap vaksinasi yang diberikan.
4. Riwayat Kejang atau Gangguan Saraf Lainnya
Bayi dengan riwayat kejang atau gangguan saraf lainnya mungkin memerlukan penilaian khusus sebelum mendapatkan vaksinasi.
Beberapa vaksin, terutama vaksin DTP (difteri, tetanus, dan pertusis), telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kejang demam pada beberapa anak.
Baca Juga: Mengapa Bayi Susah Tidur Setelah Imunisasi? Simak Penyebab dan Cara Mengatasinya
Lewat Ajang Bergengsi Pucuk Cool Jam 2024, Teh Pucuk Harum Antar Anak Indonesia 'Bawa Mimpi Sampai ke Pucuk'
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR