Nakita.id - Kuliner Asia adalah salah satu kuliner yang banyak dijuarakan masyarakat seluruh dunia.
Bahkan, street food yang kita kenal kebanyakan berasal dari kawasan Asia.
Street food sendiri merujuk pada jajanan jalanan, yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di banyak negara di Asia.
Selain harganya yang murah, street food kerap jadi banyak incaran turis ketika berlibur di negara-negara di Asia.
Hal ini dikarenakan cita rasanya yang khas dan jarang ditemui di negara asalnya.
Bahan-bahan yang digunakan pun segar dan berkualitas baik.
Proses pembuatannya juga cepat, sehingga cocok untuk turis dengan jadwal berlibur yang padat.
Selain itu, mencoba street food dari negara asalnya langsung bisa menjadi pengalaman tersendiri.
Apalagi, tak sedikit street food yang masuk dalam warisan budaya menurut UNESCO, seperti laksa, nasi hainan, sate, dan lain-lain.
Inilah yang menjadi inspirasi Chef Wiem untuk menghadirkan restoran BAKU, yang menyajikan hidangan Asian street food dengan sentuhan modern.
Restoran yang berlokasi di kawasan SCBD, Jakarta ini sangat cocok untuk para profesional maupun pecinta kuliner, sehingga tidak perlu lagi pergi ke negara-negara luar.
BAKU tak hanya menyajikan kuliner khas Asia yang terinspirasi dari street food.
Tapi juga, menonjolkan kekayaan cita rasa Asia melalui hidangan-hidangan tersebut.
Sehingga, pelanggan yang hadir ke BAKU dapat merasakan langsung esensi dari warisan kuliner Asia satu ini.
Hal ini diceritakan langsung oleh Chef Wiem saat mengundang rekan-rekan media untuk acara exclusive tasting, Jumat (17/5/2024), dimana bahan-bahan yang dipilih adalah bahan yang terbaik dan proses eksekusi setiap hidangannya dilakukan dengan presisi.
"Di BAKU, dapur kami adalah sebuah 'taman bermain' untuk berkreasi dan berkolaborasi, mencerminkan dengan erat kekayaan budaya Asia," ujarnya.
Dalam menghadirkan hidangan di BAKU, Chef Wiem beserta timnya mengaku telah berkelana ke beberapa negara di Asia untuk kemudian menemukan street food yang sudah disempurnakan resepnya dan dihidangkan dengan esensi modern.
"Dengan kombinasi keahlian dan passion oleh saya dan tim, hidangan-hidangan ini menciptakan rasa yang harmoni dan hangat," tuturnya.
Salah satu bahan khas yang sering digunakan dalam setiap hidangannya adalah ketumbar.
Aroma ketumbar ini tidak hanya menambah kedalaman rasa pada setiap hidangan, tapi juga memberikan pengalaman yang mengundang selera bagi para pelanggan.
Dengan cermat, Chef Wiem memadukan ketumbar dengan berbagai bahan-bahan pilihan untuk menciptakan harmoni rasa yang menggugah selera, menjadikan setiap kunjungan ke BAKU sebagai pengalaman yang tak terlupakan.
Baca Juga: Menu Buka Puasa Sederhana untuk Anak, Mulai dari Boba hingga Sajian Street Food Korea!
Chef Wiem juga menghadirkan sesi cooking demo untuk memperkenalkan tiga menu rekomendasi pilihannya, sekaligus latar belakang dibalik menu-menu ini.
Salah satunya adalah Wagyu Beef Pho Noodles, sebuah hidangan khas Vietnam yang terdiri dari daging brisket dari sapi Jepang yang sudah diiris tipis, lidah sapi, dan perpaduan rempah-rempah Asia untuk menciptakan rasa yang memanjakan lidah.
Selain itu, Chef Wiem juga memperkenalkan Thai Tuna Crudo, hidangan yang terinspirasi dari kuliner Thailand.
Menu ini menggunakan ikan tuna dari perairan Sumatera dan dipotong dalam keadaan mentah nan menyegarkan.
Kemudian, dipadukan dengan beberapa rempah lainnya seperti jeruk bali, nam jim, dan aioli ketumbar.
Chef Wiem juga merekomendasikan untuk memakannya bersamaan dengan kerupuk renyah yang dibuat dari tepung tapioka.
Terakhir, ada Glass Noodles King Prawn yang menggunakan dua buah udang raja di dalamnya.
Kemudian, dilengkapi dengan daun kemangi, ketumbar, kucai, dan nam jim.
Restoran BAKU akan dibuka untuk publik mulai tanggal 22 Mei 2024 mendatang. (*)
Baca Juga: Setelah Makan Jajanan Pasar, Bule Amerika Beri Komentar Ini: 'Sangat Enak'
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR