Tabloid-Nakita.com - Janin dikatakan meninggal di dalam kandungan atau Intra Uterin Fetal Death (IUFD) jika usia kehamilan sudah lebih dari 20 minggu dan janin sudah mencapai berat 500 gram atau lebih. Jika kematian terjadi di bawah usia tersebut atau terjadi di trimester pertama, disebut keguguran atau abortus.
Banyak faktor yang menyebabkan janin meninggal di dalam kandungan, bisa dari janinnya sendiri ataupun kondisi Mama yang tidak sehat. Berikut tujuh penyebab janin meninggal dalam kandungan menurut Dr Bambang Fadjar, SpOG, dari RS Premier Bintaro, Tangerang:
1. Gawat janin
Lewat tali pusat, nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan janin dialirkan. Jika tali pusat terpelintir, tentu suplainya akan terganggu, bahkan terhenti. Biasanya terjadi karena gerakan janin yang sangat berlebihan, terutama gerakan yang satu arah saja. Bisa juga karena kondisi Mama yang menderita penyakit tertentu seperti diabetes, jantung, dan hipertensi yang menyebabkan janin mengalami kekurangan oksigen sehingga ia bergerak liar dan membuat alit pusat terpelintir. Atau, air ketuban habis, otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan sang ibu yang mengakibatkan janin "tercekik" karena suplai oksigen terhenti.
2. Kehamilan lewat waktu
Umumnya, kehamilan ditargetkan hingga usia 42 minggu. Jika lebih dari itu, dianggap hamil lewat waktu. Plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya berkurang, yang dikhawatirkan janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Selain itu, cairan ketuban akan menjadi kental dan hijau, yang jika terisap janin dan masuk ke paru-parunya dapat menimbulkan keracunan, infeksi, hingga meninggal dunia.
3. Golongan darah janin tidak cocok dengan ibu
Inilah penyebab janin meninggal dalam kandungan yang juga bisa terjadi. Yaitu, darah Mama tidak cocok dengan janin, seperti pada golongan darah A, B, O. Janin bisa saja memiliki golongan darah A atau B, sementara Mama bergolongan darah O. Atau, bisa juga sebaliknya. Ketidakcocokan ini membuat nutrisi dan oksigen sulit masuk ke dalam janin, sementara darah Mama akan membuat zat antibodi yang menyebabkan pertumbuhan janin terhenti.
4. Penyakit ibu dan infeksi
Gangguan penyakit pada Mama hamil juga bisa menjadi penyebab janin meninggal dalam kandungan. Contoh: diabetes, jantung, hipertensi, gangguan kekurangan gizi, dan lainnya. Penyakit-penyakit ini akan mengurangi asupan nutrisi ke janin sehingga janin tidak dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, infeksi bakteri ataupun virus juga akan membuat pertumbuhan janin terganggu, bahkan meninggal.
5. Kelainan genetik dan bawaan
Kelainan genetik, misalnya, kelainan pada kromosom janin, dapat membuat pertumbuhan janin terhenti. Atau juga terjadi kelainan bawaan pada janin, semisal jantung janin tak tumbuh sempurna, mengalami kebocoran, paru-paru tak bisa mengembang, atau kelainan lainnya yang dapat mengakibatkan kematian janin.
6. Trauma saat hamil
Mama hamil yang mengalami kecelakaan sehingga terjadi benturan di perut bisa berakibat plasenta terlepas. Meski hanya terlepas sebagian, namun tetap dapat terjadi perdarahan sehingga asupan nutrisi dan oksigen ke dalam tubuh janin terhenti.
7. Rhesus darah tidak cocok
Ketidakcocokan ini, misalnya terjadi karena janin mengikuti rhesus darah Papa yang lebih dominan. Padahal, rhesus (Rh) Papa dan Mama berbeda; Mama Rh negatif dan Papa Rh positif. Ketidakcocokan ini dapat memengaruhi kondisi janin, seperti: janin mengalami hidrops fetalis, reaksi imunologis berlebihan yang dapat memunculkan pembengkakan kulit janin, cairan berlebih dalam rongga perut, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, yang membuat janin tak dapat melangsungkan hidupnya.
Ada cukup banyak penyebab kematian janin dalam kandungan, tak terkecuali yang terkait kondisi ibu. Semoga Mama bisa lebih berhati-hati dalam menjaga si janin, ya.
(Irfan Hasuki)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR