"Sehingga, sawahnya tetap subur dan ekonomi keluarga jadi terbantu," lanjut Arumi.
Bahkan mirisnya, tambahnya, mereka masih memikirkan kebutuhan makan daripada kebutuhan sekolah untuk anak.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Prof. Dr. Seto Mulyadi, M.Si, Psikolog, anak putus sekolah justru bisa memunculkan beragam dampak negatif yang perlu diperhatikan orangtua.
"Bisa memunculkan pengangguran, karena mereka (anak) tidak mempunyai dasar pendidikan yang cukup.
Kemudian, mungkin juga menambah tingginya tingkat kemiskinan dalam keluarga," terangnya yang juga akrab disapa Kak Seto ini.
Dampak yang paling berbahaya dan harus benar-benar diwaspadai adalah bisa memunculkan kriminalitas.
Hal ini dikarenakan mereka mencoba untuk bisa mendapatkan uang melalui 'jalan pintas', seperti menodong, menculik, atau merampok.
Arumi menambahkan, anak yang putus sekolah dan mulai mengenal dunia kerja sejak dini itu biasanya akan terperangkap dalam pola pikir "tetap bisa survive meski skill saya begini-begini saja".
Atau dalam arti lain, usia produktifnya akan semakin memendek.
"Meski kita dihargai skill-nya, tetap saja background pendidikan adalah suatu limitasi untuk mengetahui sudah sampai dimana (tingkat pemahaman) kita," jelasnya.
"Ini sudah dilindungi oleh Undang-Undang bahwa mendapatkan pendidikan itu hak anak, jadi kalau tidak dituntaskan apa pun alasannya, maka harus segera dituntaskan di usia berapa pun," lanjutnya menjelaskan.
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR