Nakita.id - Hingga hari ini, masih banyak anak Indonesia yang menghadapi tantangan memenuhi hak pendidikannya.
Berdasarkan hasil survei dari GoodStats, terdapat lebih dari 40.000 anak Indonesia yang putus sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD) tahun 2023.
Kemudian, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 76 persen keluarga mengungkapkan penyebab utama anak putus sekolah adalah faktor ekonomi.
Di dalamnya, sebanyak 67 persen keluarga mengaku tidak mampu membayar biaya sekolah, sementara sisanya harus mencari nafkah.
Ini diungkapkan sendiri oleh Arumi Bachsin ketika pernah bertugas di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur bersama suaminya.
"Pernah ada kisah dimana anak kelas lima atau kelas enam itu tidak lanjut sekolah karena harus membantu ayah dan ibunya di ladang atau sawah," ujar Arumi dalam acara konferensi pers 'Menuju 70 Tahun SGM: Peluncuran Program Dana Pendidikan Dukung Kemajuan Anak Indonesia', Rabu (5/6/2024).
Ibu tiga anak ini bahkan mengatakan, pemerintah setempat sebenarnya sudah menggratiskan biaya SPP sekolah.
Namun pada kenyataannya, masalah pendidikan di sana bukan hanya sekadar biaya SPP saja.
Masalah-masalah lain seperti letak geografis dan biaya pendukung pendidikan (seragam, buku, alat tulis) itu juga kerap jadi penghambat yang membuat anak putus sekolah.
Selain itu, karena merupakan daerah yang cukup terpencil, warga-warga di sana juga mengakui bahwa mereka juga ada kendala finansial karena berada di lingkaran kemiskinan.
"Kalau di kasus yang ekstrem banget itu salah satunya ada warga yang butuh bantuan anaknya di sawah karena sudah tua," ungkap Arumi lagi.
Baca Juga: Rela Putus Sekolah demi Keluarga, Abidzar Al-Ghifari Justru Dapat Tamparan Keras Ini
"Sehingga, sawahnya tetap subur dan ekonomi keluarga jadi terbantu," lanjut Arumi.
Bahkan mirisnya, tambahnya, mereka masih memikirkan kebutuhan makan daripada kebutuhan sekolah untuk anak.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Prof. Dr. Seto Mulyadi, M.Si, Psikolog, anak putus sekolah justru bisa memunculkan beragam dampak negatif yang perlu diperhatikan orangtua.
"Bisa memunculkan pengangguran, karena mereka (anak) tidak mempunyai dasar pendidikan yang cukup.
Kemudian, mungkin juga menambah tingginya tingkat kemiskinan dalam keluarga," terangnya yang juga akrab disapa Kak Seto ini.
Dampak yang paling berbahaya dan harus benar-benar diwaspadai adalah bisa memunculkan kriminalitas.
Hal ini dikarenakan mereka mencoba untuk bisa mendapatkan uang melalui 'jalan pintas', seperti menodong, menculik, atau merampok.
Arumi menambahkan, anak yang putus sekolah dan mulai mengenal dunia kerja sejak dini itu biasanya akan terperangkap dalam pola pikir "tetap bisa survive meski skill saya begini-begini saja".
Atau dalam arti lain, usia produktifnya akan semakin memendek.
"Meski kita dihargai skill-nya, tetap saja background pendidikan adalah suatu limitasi untuk mengetahui sudah sampai dimana (tingkat pemahaman) kita," jelasnya.
"Ini sudah dilindungi oleh Undang-Undang bahwa mendapatkan pendidikan itu hak anak, jadi kalau tidak dituntaskan apa pun alasannya, maka harus segera dituntaskan di usia berapa pun," lanjutnya menjelaskan.
Kak Seto menyampaikan, ada empak hak dasar anak yang harus dipenuhi.
Diantaranya hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dari berbagai tindak kekerasan, serta hak partisipasi. Termasuk hak untuk didengar suaranya.
"Bentuk dari hak tumbuh kembang itu sendiri adalah bermain dengan gembira dan mendapatkan pendidikan," sebutnya tegas.
"Pendidikan ini sangat penting sekali, karena dengan pendidikan, maka tumbuh kembang anak jadi optimal dan anak bisa menjadi orang hebat di masa depannya," ungkapnya.
Menurutnya, jika hak anak untuk mendapatkan pendidikan tidak terpenuhi, maka anak bisa menjadi layu bagai bunga yang tidak bisa tumbuh berkembang secara optimal.
"Selain itu, cita-cita Generasi Emas Indonesia 2045 mungkin saja jadi tidak tercapai," kata Kak Seto menambahkan.
Arumi menambahkan juga bahwa Generasi Emas Indonesia 2045 ini menjadi PR yang besar, sehingga harus dimulai dari sekarang.
"Karena, kalau tidak dimulai dari sekarang, itu akan membuat standing point Indonesia di mata global luar biasa beda banget dibandingkan yang sekarang," tutupnya.
Di sisi lain, Drs. I Nyoman Rudi Kurniawan, M.T menjelaskan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang krusial dalam tumbuh kembang anak.
Sebab, anak memperoleh pengetahuan dasar, keterampilan, dan nilai-nilai yang akan membentuk karakternya di masa depan.
"Untuk itu, Kemendikbudristek mengeluarkan beberapa kebijakan yang salah satunya kebijakan Merdeka Belajar dan dikeluarkan untuk membantu terwujudnya sekolah yang kita cita-citakan dan dilakukan melalui program Gerakan Sekolah Sehat yang berfokus pada 5S, yaitu: Sehat Bergizi, Sehat Fisik, Sehat Imunisasi, Sehat Jiwa dan Sehat Lingkungan," papar Rudi selaku Direktur Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbudristek.
Rudi menjelaskan, dalam mengatasi segala tantangan pemerataan akses pendidikan ini diperlukan kolaborasi lintas sektor yang kuat dimana pemerintah, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat, serta masyarakat luas perlu bersatu pada dan bekerja sama.
Salah satunya yang dilakukan PT Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM) melalui Program Beasiswa 70 Anak Indonesia, dimana anak-anak Indonesia berkesempatan untuk meraih pendidikan yang lebih baik demi terwujudnya Generasi Emas Indonesia 2045.
Program ini diapresiasi baik oleh Kemendikbudristek, Kak Seto, Arumi Bachsin, media, hingga moms community yang hadir dalam acara konferensi pers tersebut.
Sebagai informasi, Program Beasiswa 70 Anak Indonesia ini merupakan salah satu bagian dalam rangkaian perayaan #70TahunSGM.
Program ini akan memberikan bantuan dana pendidikan senilai Rp 2 miliar untuk anak-anak Indonesia tingkat Sekolah Dasar (SD).
Sesuai dengan namanya, program ini akan melibatkan 70 anak tingkat SD #GenerasiMaju Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia, yang juga sejalan dengan visi pemerintah membangun Generasi Emas Indonesia 2045.
"SGM Eksplor percaya bahwa anak adalah aset terbesar bangsa.
Kesuksesan bangsa dalam memupuk potensi anak Indonesia tidak hanya akan menjadikan mereka generasi yang lebih baik, tetapi juga dapat menghasilkan generasi-generasi mendatang untuk peningkatan kemajuan bangsa Indonesia secara konsisten," jelas Patrisia Marlina selaku Head of Brand SGM Eksplor.
Selama 70 tahun di Indonesia, Marlina menjelaskan bahwa SGM Eksplor ingin terus mewujudkan komitmennya melalui penyediaan nutrisi terbaik untuk anak beserta Program Bantuan Dana Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD), yang juga merupakan bentuk apresiasi kepada para ibu yang telah memilih SGM Eksplor.
Program Bantuan Dana Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) dibuka mulai 7 Juni hingga 31 Juli 2024, dan terbuka untuk anak usia 1-6 tahun.
Caranya cukup dengan mengakses situs web www.generasimaju.co.id, dan mengirimkan kode unik beserta alasan mengapa anak berhak mendapatkan bantuan dana pendidikan.
Untuk merealisasikan pemberian Program Bantuan Dana Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) ini, SGM menggandeng Hoshizora Foundation dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (Alfamart).
Termasuk, dalam memilih para pemenang juga pendampingan kepada pihak orangtua khususnya ibu, agar dapat memaksimalkan dana pendidikan dan potensi anak melalui berbagai pelatihan.
Tidak sampai di situ, SGM Eksplor juga akan mengadakan kegiatan minum susu serentak di 70 kota di Indonesia sebagai rangkaian perayaan #70TahunSGM lainnya.
Marlina menyampaikan, SGM Eksplor akan terus konsisten mendukung Indonesia untuk menciptakan Generasi Emas melalui nutrisi terbaik serta memberikan akses lewat kontribusi nyata terhadap pendidikan anak Indonesia.
Hal ini tentunya sejalan dengan visi pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dari generasi ke generasi untuk mencapai Generasi Emas Indonesia 2045. (*)
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR