Nutrisi ini dapat larut dalam makanan yang disajikan di atasnya dan memberikan manfaat tambahan bagi kesehatan. Tanin, misalnya, dikenal memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu melawan radikal bebas dalam tubuh.
Di daerah-daerah tertentu, daun jati mudah ditemukan dan sering kali tersedia secara gratis.
Ini membuatnya menjadi pilihan ekonomis untuk masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan.
Menggunakan daun jati dapat mengurangi biaya pembelian alat makan sekali pakai atau piring konvensional.
Menggunakan daun jati sebagai alas makan juga melestarikan tradisi dan budaya lokal. Ini adalah cara untuk menghormati dan menjaga warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Selain itu, praktik ini juga bisa menjadi daya tarik wisata budaya yang unik, menarik minat wisatawan untuk merasakan pengalaman makan yang berbeda.
Daun jati memiliki permukaan yang licin dan tahan air, sehingga mudah dibersihkan dan tetap higienis saat digunakan sebagai alas makan.
Dalam kondisi darurat atau di alam bebas, daun jati bisa menjadi alternatif yang higienis dan praktis untuk makan.
Makan menggunakan alas daun jati bukan hanya menghadirkan manfaat estetis dan rasa alami pada makanan, tetapi juga membawa sejumlah keuntungan kesehatan, lingkungan, dan ekonomi.
Praktik ini mencerminkan kearifan lokal yang sebaiknya terus dilestarikan dan dikembangkan.
Selain memberikan pengalaman makan yang unik dan berbeda, penggunaan daun jati juga mendukung upaya pelestarian lingkungan dan tradisi budaya yang berharga.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR