Saat dalam perjalanan ke rumah sakit, Daera berujar bahwa kondisi bibir anaknya berubah ungu serta kakinya yang terasa dingin.
Sesampainya di IGD RS Assyifa, bayi itu langsung ditangani oleh pihak RS.
"Dicek dada sama oksigennya, tapi gak ada respons, sampai si anak dinyatakan meninggal sekitar pukul 15.00 WIB. Dari rumah sakit, kita pulang ke rumah bersama bidan dan pihak Dinas Kesehatan," papar Daera.
Pada hari itu juga, pukul 17.00 WIB, Jenazah, bayi tersebut dimakamkan.
Sedangkan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dibawa oleh Dinas Kesehatan dengan dalih untuk keperluan penyelidikan.
Dia mengaku ingin mengetahui penyebab pasti anaknya meninggal.
Dia juga berharap tak ada hal yang ditutupi terkait kematian anaknya.
"Kalau keinginan dari keluarga kasus ini ingin tuntas, tidak ada yang ditutupi apa penyebabnya anak saya meninggal. Apa karena dari obat yang terlalu banyak masuk atau karena kelalaian bidan, atau karena obatnya kedaluarsa atau ada apa gitu. Kan kita gak paham yang paham kan dari pihak tenaga kesehatan, bidan tersebut," tegas Daera.
Keamanan imunisasi secara ganda atau lebih dari satu jenis vaksin telah direkomendasikan ahli.
Pernyataan itu disampaikan Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Prima Yosephine merespons laporan bayi berinisial MKA yang dilaporkan meninggal di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (11/6/2024), diduga karena imunisasi ganda.
"Imunisasi ganda sudah direkomendasikan oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization dan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi ganda ini aman dalam satu kali kunjungan,” katanya di Jakarta, Minggu (30/6/2024) seperti ditulis Antara.
Baca Juga: Ini Pentingnya Imunisasi Tambahan untuk Optimalkan Keluarga Sehat Anak Berprestasi
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR