Meski dampak negatif dari kemarahan kronis cukup jelas, ada beberapa alasan mengapa mitos bahwa mudah marah bisa membuat panjang umur tetap berkembang:
Teori katarsis menyatakan bahwa mengekspresikan emosi secara terbuka dapat membantu mengurangi stres dan ketegangan.
Dalam konteks ini, marah dianggap sebagai cara untuk "melepaskan" emosi negatif yang terpendam, yang dapat mengurangi risiko masalah kesehatan yang terkait dengan stres terpendam.
Orang yang mudah marah mungkin lebih jujur terhadap perasaan mereka dan tidak menahan emosi mereka.
Kejujuran emosional ini bisa membantu mencegah penumpukan stres yang tersembunyi, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan dalam jangka panjang.
Orang yang marah mungkin lebih cenderung memperjuangkan hak mereka dan tidak membiarkan diri mereka diperlakukan tidak adil.
Sikap asertif ini bisa mengurangi perasaan tidak berdaya dan meningkatkan rasa kontrol atas hidup mereka, yang pada gilirannya bisa meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan.
Sampai saat ini, bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa mudah marah dapat memperpanjang umur sangat terbatas.
Sebaliknya, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kemarahan yang kronis dan tidak terkontrol dapat merusak kesehatan dan mengurangi harapan hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering marah atau memiliki temperamen mudah marah memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
Peningkatan hormon kortisol akibat stres dan kemarahan dapat merusak banyak organ tubuh jika terjadi dalam jangka waktu lama, termasuk meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit autoimun.
Baca Juga: Kekurangan 5 Nutrisi Ini dalam Tubuh Rupanya Bisa Memengaruhi Perubahan Mood yang Buruk
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR