Nakita.id - Asam urat adalah kondisi medis yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam tubuh, biasanya terjadi pada sendi.
Meskipun seringkali menyerang jempol kaki, asam urat juga bisa menyebabkan rasa sakit di tumit.
Kondisi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali ciri-ciri asam urat di tumit dan mengetahui cara menanganinya.
Asam urat adalah produk limbah yang dihasilkan dari pemecahan purin, yang terdapat dalam berbagai makanan dan minuman seperti daging merah, makanan laut, dan minuman beralkohol.
Biasanya, asam urat larut dalam darah dan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal.
Namun, jika produksi asam urat berlebihan atau tubuh tidak dapat membuangnya dengan efisien, asam urat dapat menumpuk dan membentuk kristal di dalam sendi, menyebabkan peradangan dan rasa sakit.
Salah satu ciri utama asam urat di tumit adalah nyeri yang tiba-tiba dan intens.
Rasa sakit ini sering terjadi pada malam hari atau setelah periode istirahat yang lama.
Nyeri ini bisa sangat parah sehingga dapat membangunkan seseorang dari tidur.
Tumit yang terkena asam urat biasanya akan terlihat bengkak.
Baca Juga: Biaya Cek Asam Urat di Puskesmas dan Rumah Sakit, Mulai Belasan Ribu Saja
Pembengkakan ini disebabkan oleh peradangan yang terjadi akibat penumpukan kristal asam urat di sendi tumit.
Kulit di sekitar area yang terkena asam urat mungkin akan tampak kemerahan dan terasa panas saat disentuh.
Ini adalah tanda peradangan yang sedang berlangsung.
Setelah serangan asam urat, tumit mungkin akan terasa kaku dan sulit digerakkan.
Kekakuan ini bisa berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung pada tingkat keparahan serangan.
Tumit yang terkena asam urat biasanya sangat sensitif terhadap sentuhan.
Bahkan tekanan ringan dari sepatu atau pakaian bisa menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena asam urat meliputi:
Konsumsi makanan yang tinggi purin seperti daging merah, makanan laut, dan minuman beralkohol dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
Berat badan berlebih dapat meningkatkan produksi asam urat dan mengurangi kemampuan tubuh untuk mengeluarkannya melalui ginjal.
Riwayat keluarga dengan asam urat dapat meningkatkan risiko Moms terkena kondisi ini.
Baca Juga: Biaya Tes Darah Lengkap, Mulai dari Gula Darah hingga Asam Urat
Beberapa kondisi medis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal dapat meningkatkan risiko asam urat.
Obat-obatan seperti diuretik, yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), kolkisin, atau kortikosteroid dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit selama serangan asam urat.
Untuk jangka panjang, obat-obatan seperti allopurinol atau febuxostat dapat diresepkan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Mengubah pola makan dan gaya hidup dapat membantu mengelola asam urat.
Mengurangi konsumsi makanan tinggi purin, menjaga berat badan yang sehat, dan minum banyak air dapat membantu mengurangi risiko serangan asam urat.
Selama serangan asam urat, mengistirahatkan tumit dan mengangkat kaki dapat membantu mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
Menggunakan kompres dingin pada area yang terkena dapat membantu mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
Setelah serangan akut mereda, terapi fisik dapat membantu memperkuat otot-otot di sekitar tumit dan meningkatkan fleksibilitas, sehingga mengurangi risiko serangan asam urat di masa mendatang.
Asam urat di tumit dapat menyebabkan rasa sakit yang signifikan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mengenali ciri-ciri asam urat di tumit, memahami faktor risiko, dan mengetahui cara menanganinya dapat membantu Moms mengelola kondisi ini dengan lebih baik.
Baca Juga: Alami Asam Urat saat Hamil Besar? Kenali Penyebab, Gejala Hingga Cara Mengelolanya
Dengan perubahan gaya hidup yang tepat dan penanganan medis yang sesuai, Moms dapat mengurangi frekuensi dan keparahan serangan asam urat, serta meningkatkan kualitas hidup Moms.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR