Nakita.id - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dalam periode seribu hari pertama kehidupan, yaitu dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik yang terhambat, tetapi juga bisa mempengaruhi perkembangan otak dan organ lainnya, termasuk kesehatan reproduksi di masa depan.
Artikel ini akan membahas bagaimana stunting dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi anak ketika mereka dewasa, melansir dari WebMD.
Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu lama, infeksi yang berulang, serta pola asuh yang kurang baik.
Stunting bisa terjadi pada anak-anak di berbagai negara, tetapi lebih sering ditemukan di negara-negara berkembang dengan akses terbatas pada makanan bergizi dan layanan kesehatan.
Anak yang mengalami stunting sering kali mengalami keterlambatan pubertas dan perkembangan hormonal yang tidak optimal.
Hormon-hormon reproduksi, seperti estrogen dan testosteron, diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi, yang dapat mengganggu proses pematangan organ reproduksi.
Stunting dapat mempengaruhi perkembangan organ reproduksi, seperti ovarium dan testis, sehingga ukuran dan fungsi organ-organ ini tidak berkembang dengan baik.
Pada perempuan, stunting dapat menyebabkan masalah dengan siklus menstruasi dan kesuburan, sementara pada laki-laki bisa mempengaruhi produksi sperma.
Anak yang stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan reproduksi di kemudian hari, seperti infeksi saluran reproduksi, gangguan menstruasi, dan masalah kesuburan.
Baca Juga: Bisakah Stunting Diobati dan Apa Pengaruhnya untuk Tumbuh Kembang Anak?
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR