Ini menciptakan tekanan mental yang besar, yang menurutnya berkontribusi pada perkembangan penyakitnya.
Setelah didiagnosis, Claudia segera memulai perawatan kemoterapi yang direkomendasikan oleh dokter onkologinya.
Namun, perjalanan pengobatannya tidak selalu mulus.
Pada Februari 2024, kondisinya sempat menurun drastis akibat salah pengobatan di sebuah rumah sakit kanker di China.
Beruntung, kondisi Claudia mulai membaik setelah ia kembali berobat di Singapura, meskipun perjalanannya masih panjang dengan pengawasan rutin dan pemeriksaan setiap tiga bulan sekali untuk menilai perkembangan penyakitnya.
Prof. Ikhwan Rinaldi, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) dan dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang konklusif bahwa stres dapat secara langsung menyebabkan kanker payudara.
Kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal di jaringan payudara.
Namun, stres dapat mempengaruhi daya tahan tubuh, yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk mengenali dan membunuh sel kanker yang muncul.
Oleh karena itu, meskipun stres mungkin bukan penyebab langsung, ia bisa menjadi faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan kanker.
Ikhwan juga menekankan bahwa beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara stres kronis dan peningkatan risiko berbagai penyakit, termasuk kanker, meskipun bukti tersebut belum cukup kuat untuk menyimpulkan bahwa stres adalah penyebab utama.
Kanker payudara dapat menunjukkan berbagai gejala yang harus diwaspadai, termasuk adanya benjolan pada payudara atau di dekatnya, perubahan ukuran, bentuk, atau penampilan payudara, perubahan kulit di sekitar payudara, hingga pengelupasan atau berkerak pada kulit payudara.
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR