Pola asuh yang tidak tepat, seperti pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak memadai dalam hal gizi, turut berkontribusi terhadap tingginya angka stunting.
Budaya dan Kebiasaan: Di beberapa daerah, kebiasaan dan tradisi tertentu, seperti keterlambatan pemberian MPASI atau kepercayaan bahwa makanan tertentu tidak baik untuk bayi, juga mempengaruhi pola makan anak dan berpotensi menyebabkan stunting.
Penyakit Menular: Anak-anak yang sering mengalami penyakit menular, seperti diare atau infeksi saluran pernapasan, lebih rentan mengalami stunting karena penyakit ini mengganggu penyerapan nutrisi.
Kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih juga meningkatkan risiko penyakit ini.
Kesehatan Ibu: Kesehatan ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi perkembangan janin.
Ibu hamil yang kekurangan gizi atau menderita penyakit tertentu lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah, yang merupakan salah satu faktor risiko stunting.
Akses ke Layanan Kesehatan: Di beberapa wilayah, terutama di daerah terpencil, akses ke layanan kesehatan yang memadai masih menjadi tantangan.
Hal ini termasuk kurangnya fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan program intervensi gizi yang tepat sasaran.
Kualitas Pelayanan: Selain akses, kualitas pelayanan kesehatan dan intervensi gizi juga masih perlu ditingkatkan.
Tidak semua petugas kesehatan memiliki pemahaman yang cukup tentang pencegahan dan penanganan stunting, sehingga upaya untuk mengatasi masalah ini belum maksimal.
Koordinasi dan Implementasi: Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi stunting, koordinasi antar lembaga dan implementasi program-program tersebut di lapangan masih sering mengalami kendala.
Baca Juga: Usia Berapa Anak Terlihat Mengalami Stunting? Apa Faktor Risikonya?
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR